Bekasi, NU Online
Dakwah baik melalui lisan (bil lisan) maupun tulisan (bil qalam) memerlukan ramuan-ramuan yang enak didengar atau dibaca. Agar tidak terasa monoton serta ruwet, maka dakwah perlu diselengi humor, namun harus dibatasi untuk menjaga makna tujuan dakwah.
Demikian dikatakan dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dr Aceng Rahmat di hadapan sekitar 520 peserta seminar dan pelatihan khotib dan dai se-Kota Bekasi, Ahad (29/5), di Islamic Centre Bekasi. <>
Acara tersebut diselenggarakan Lembaga Takmir Masjid Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) bekerja sama dengan UNJ.
Isi humor, kata Aceng, harus mengandung ketaatan kepada Allah SWT sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.
“Janganlah humor yang “esek-esek” walaupun humor jenis demikian sangat digemari khalayak,” kata Pengurus PCNU Jakarta Timur itu..
Perlu diperhatikan oleh para dai atau juru dakwah, para ulama figh menegaskan, humor yang mengandung “laghwun” termasuk omong kosong dan sia-sia.
Kemudian bagi juru dakwah modern, tentu harus piawai mencari humor-humor baru yang dapat menjadi obat penawar kejenuhan dan memacu mustami semakin berminat terhadap materi yang disajikan, tambahnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Zainuri
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
2
Khutbah Jumat: Membumikan Akhlak Nabi di Tengah Krisis Keteladanan
3
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
4
Khutbah Jumat: Sesuatu yang Berlebihan itu Tidak Baik, Termasuk Polusi Suara
5
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
6
Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme
Terkini
Lihat Semua