Warta

Buruh di Tengah Himpitan Ekonomi

Sel, 28 Februari 2006 | 13:01 WIB

Jakarta, NU Online
Kuatnya himpitan ekonomi bangsa yang diakibatkan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan sempitnya lapangan kerja serta momok PHK yang kerap dilakukan pihak perusahaan, semakin menambah persoalan perburuhan.

Setelah kenaikan harga BBM, wacana berikutnya yang mengemuka adalah rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL), yang diperkirakan akan mencapai 30 persen lebih. Rencana ini, pada gilirannya, akan membawa dampak psikologis bagi ekspektasi masyarakat terutama kalangan buruh dan kalangan industri.

<>

Melihat kenyataan itulah, Lembaga Advokasi Buruh PB PMII mengadakan seminar dengan tema ā€œPerjuangan Buruh di Tengah Himpitan Ekonomi.ā€

Seminar itu berlangsung di gedung PBNU Selasa (28/02) dengan menghadirkan pembicara, di antaranya Sutanto (mewakili Menakertrans), Arif Sujito, Anton Supit, dan Eko Setia Budi.

Dalam seminar itu, menurut Anton, persoalan perburuhan harus melihat konteks yang terjadi sekarang ini. Daya dukung ekonomi dan law enforcement adalah hal penting yang harus mendapat perhatian terlebih dahulu dari semua pihak.

ā€œTidak ada cara yang paling efektif selain memberikan lapangan pekerjaan, karena itu diperlukan iklim investasi yang kondusif, termasuk di dalamnya adalah law enforcement tadiā€, ungkap Anton.

Sedangkan Sutanto menyatakan bahwa diharapkan dari semua pihak untuk lebih dewasa menghadapi persoalan perburuhan yang memerlukan pendekatan dialogis antara pihak industri dan buruh.

ā€œTempat kerja bukan ajang untuk berkelahi dan berselisih, namun sebagai ajang kemitraan. Dan wujud kemitraan itu adalah kerjasamaā€, ujar Sutanto.

Dalam kesempatan yang sama, Arif Sujito, ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), mengingatkan bahwa tujuan awal kemerdekaan RI adalah memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyat Indonesia. Dia juga menyatakan bahwa perekonomian Indonesia lemah karena kebijakan pemerintah yang terkadang membuat buruh terjepit, bahkan juga pengusaha. Dia mencontohkan seperti upah buruh yang rendah.

ā€œKondisi global seperti kenaikan harga minyak dunia dan bencana alam juga berpengaruh terhadap lemahnya perekonomian kitaā€, tambah Arif. (dar)