Warta

Buku Propaganda AS Harus Disikapi Hati-Hati

NU Online  ·  Selasa, 24 Agustus 2004 | 08:35 WIB

Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah atau Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia KH A. Aziz Masyhuri meminta kalangan pondok pesantren untuk berhati-hati dan secara selektif melihat isi dan maksud pengiriman buku propaganda AS yang dikirim ke beberapa pesantren di Garut Jawa Barat.

"Kalangan pesantren harus selektif dan berhati-hati, karena kita tidak tahu motif sebenarnya dari pengiriman buku tersebut apalagi situasi sekarang  tidak cukup kondusif sehingga mudah ditafsirkan yang berlebihan," Aziz Masyhuri mengemukakan hal itu menjawab NU Online Selasa (24/8), sehubungan dengan adanya pengiriman puluhan buku dari Kedutaan Besar AS secara cuma-cuma kepada sejumlah pondok pesantren.

<>

Seperti diketahui di daerah Garut sebulan terakhir ini. Hingga Selasa (23/8), sebanyak 23 pontren yang berada di empat kecamatan di Kab. Garut telah menjadi sasaran penyebaran buku-buku yang dikirimkan Badan Penerangan Amerika Serikat (United States Information Agency) melalui jasa pengiriman PT Pos.

Menurut pengasuh pondok pesantren Al Aziziyah di Denanyar Jombang ini, sebetulnya tidak masalah buku itu disebarkan di pesantren, apalagi jika materi buku itu terkait dengan pendidikan dan pemahaman yang bisa menambah wawasan kalangan pesantren. Seperti diberitakan NU Online [baca: Buku Propaganda AS Beredar (19 Agustus 2004)] buku yang diberikan tersebut adalah Garis Besar Sejarah Amerika . Seperti Garis Besar Ekonomi Amerika, Garis Besar Geografis Amerika, Garis Besar Kesusasteraan Amerika, dan Garis Besar Pemerintahan Amerika.

"Jika isinya seperti itu, tidak masalah, kita mungkin bisa memahami maksud pengiriman tersebut untuk menjelaskan tentang AS," katanya. Apalagi pemberian buku seperti itu sering dilakukan oleh beberapa negara, tidak hanya AS, dari Inggris, Belanda, Irak, Arab Saudi juga pernah melakukan hal serupa. Hanya saja isinya soal pendidikan, kitab, sejarah dan geografi.

Namun, melihat situasi sekarang hendaknya tetap berhati-hati. "Apapun motifnya, sudah sewajarnya kalangan pesantren tetap berhati-hati dan selektif, karena AS seringkali memiliki "hiden agenda", imbuhnya mengakhiri pembicaraan (cih)