Jakarta, NU.Online
Dua wanita pembom meledakkan diri di sebuah festival rock di pinggiran ibukota Rusia, Moskow, dan menewaskan paling sedikit enam belas orang, dan mencederai empat puluh orang lain. Bom diledakkan jauh dari titik berkumpulnya massa.
Motifnya sangat mungkin adalah memprotes keputusan Presiden Vladimir Putin kemarin pagi, yang hendak menggelar pemilihan presiden pro-Moskow di Chechnya pada 5 Oktober nanti. Dugaan kuat pelaku pengeboman itu separatis Chechen muncul karena di tubuh salah seorang pengebom ditemukan paspor Chechnya.
<>Presiden Putin kemarin berada di Chechnya untuk menandatangani pernyataan akan diselenggarakannya pemilihan presiden di kawasan yang mayoritas berpenduduk muslim itu pada 5 Oktober. Maret lalu, rakyat Chechnya menggelar referendum guna menentukan posisi negara mereka. Dalam referendum itu, dinyatakan bahwa mereka akan menjadi negara bagian Federasi Rusia. Dengan hasil referendum tersebut, Putin pun mengumumkan bahwa peperangan antara tentara Rusia dan pihak pejuang muslim segera berakhir.
Walau demikian, pihak pejuang muslim ternyata tidak bisa menerima hasil referendum itu. Mereka berjanji akan melakukan serangkaian serangan bom bunuh diri untuk menentang pemerintah Rusia. Hingga kini, korban serangan bom bunuh di Rusia telah mencapai sekitar 100 orang.
Menteri Dalam Negeri, Boris Gryzlov mempersalahkan serangan itu kepada para pemberontak separatis Chechnya. Menurut Gryzlov, sebuah paspor Chechnya ditemukan pada salah seorang pembom. Namun, jurubicara Chechnya, Salambek Maigov, mengatakan kepada sebuah stasiun Rusia bahwa dewan kepemimpinan negaranya tidak terlibat.
Festival satu hari itu berlangsung di pangkalan udara Tushino, barat laut Moskow. Sejumlah kelompok musik rock ternama Rusia tampilk dalam festival itu. Sekitar 40 ribu massa, yang sebagian besar anak muda, memadati tempat pertunjukkan itu, saat bom meledak. Ledakan pertama terjadi, saat pengunjung antri di dekat pintu masuk konser pukul 14.39 waktu setempat, atau 15.57 WIB Sabtu. Lapangan udara itu tengah menjadi ajang festival "Krylya" (sayap), yang merupakan even musim panas yang paling diminati anak muda penggemar musik di Moskow.
Seorang wanita meledakkan sabuk bahan peledak di dekat pintu masuk, saat polisi berusaha mencegah dia masuk. Polisi mengatakan, wanita itu mati seketika, bersama dengan seorang lain. Sedangkan, banyak lagi menderita cedera. Aparat Rusia mengatakan, ledakan itu tentu memakan lebih banyak korban, sebab bom itu tidak meledak sebagaimana mestinya.
Lima belas menit kemudian terjadi ledakan kedua, yang lebih dahsyat, saat seorang wanita pembom lain meledakkan diri hanya beberapa meter dari pintu masuk utama. BBC Moscow mengatakan, sebagian besar korabn tewas dalam ledakan kedua. Salah seorang saksi mata mengatakan, setelah ledakan pertama, polisi meminta pengunjung keluar dari pintu lain gerbang lain, tempat bom kedua meledak.
Kedua bom itu dijejali dengan sekrup dan paku, dengan harapan bisa menimbulkan kerusakan sebesar-besarnya. "Mula-mula, saya kira ini petasan raksasa. Lalu, saya sadari itu ledakan," kata saksi mata Vadim Trushkin kepada kantor berita Associated Press.
Tim penyelamat didatangkan dengan helikopter, dan mereka yang terluka dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Namun, polisi mengatakan, kehancuran mungkin lebih dahsyat, andai petugas tidak menghentikan kedua wanita itu di pintu gerbang.
BBC malaporkan, aparat setempat memblokade semua saluran telepon seluler ke kawasan tersebut, guna memungkinkan para pengunjung menikmati kelanjutan konser tanpa menyadari akan terjadinya pembantaian. Evakuasi terhadap sebagian pengunjung dilakukan. Antrian panjang pengunjung tampak mendekati bus-bus yang menunggu. Namun, setengah dari pengunjung masih berada di lokasi festival.
Sarah Rainsford, wartawan BBC mengatakan, belum ada yang mengaku bertanggungjawab atas serangan itu. Namun, warga Rusia pasti mengkaitkan insiden ini dengan Chechnya. Ketakutan akan penyerangan oleh militan Chechnya semakin meningkat, sejak penyanderaan di sebuah teater Moskow tahun lalu. Insiden itu menyebabkan kematian 129 sandera, dan 41 gerilyawan, termasuk sejumlah wanita yang mempersenjatai diri dengan sabuk bahan peledak. Pasukan khusus Rusia saat itu mengunakan gas noxious untuk melumpuhkan penyandera. (BBC/AFP/ciH)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
2
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
3
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
4
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
5
Gus Yahya Cerita Pengkritik Tajam, tapi Dukung Gus Dur Jadi Ketum PBNU Lagi
6
Ketua PBNU: Bayar Pajak Bernilai Ibadah, Tapi Korupsi Bikin Rakyat Sakit Hati
Terkini
Lihat Semua