Warta

Barat Harus Tangani Akar Penyebab Terorisme

NU Online  ·  Selasa, 4 November 2003 | 17:23 WIB

Beijing, NU.Online
Presiden Pakistan Pervez Musharraf, Selasa berikrar terus memburu kelompok ekstrim tapi mengingatkan bahwa operasi menentang al-Qaeda dan Taliban merupakan taktik jangka pendek dan akar penyebab terorisme harus dibahas.

"Tak perlu ragu untuk sepenuhnya beraksi dan melancarkan perang melawan ekstrimisme dan terorisme," katanya dalam pidato di hadapan mahasiswa universitas bergengsi, Universitas Peking pada hari kedua kunjungan kepada para pemimpin Cina.

<>

"Namun biar saya katakan itu hanya gejala. Jika kita ingin menang perang melawan ekstrimisme dan terorisme, kita harus membahas akar penyebabnya".

Komentarnya memiliki nada yang sama dengan pria blak-blakan yang baru saja pensiun, pemimpin Malaysia Mahathir Mohamad yang bulan lalu memperingatkan bahwa konflik-konflik itu tidak dapat diselesaikan melalui kekuatan yang kejam.

"Operasi melawan al-Qaeda dan Talib, Hamas dan Hizbullah seluruhnya hanyalah taktik jangka pendek," kata Musharraf. "Strategi jangka panjang terletak pada bagaimana membicarakan akar penyebab terorisme. Apa penyebab ekstrimisme dan militansi? Hanya rasa tak berdaya, putus asa, ketidakadilan dan karena tidak ada resolusi terhadap konflik politik yang telah berlangsung lama".

"Itu penyebabnya. Selain kemiskinan dan minimnya pendidikan juga penyebab terorisme dan ekstrimisme," katanya. Pakistan, yang menjadi tempat sejumlah organisasi ekstrim danratusan buronan al-Qaeda, sejak serangan 11 September 2001, muncul sebagai sekutu penting Washington dalam kampanye anti-terornya.

Namun Musharraf memperingatkan bahwa umat Islam kian merasa menjadi sasaran dalam kampanye yang dikobarkan AS. Tanpa merujuk pada pemerintahan Bush secara eksplisit, dia mengatakan banyak orang di Barat memiliki kesan bahwa Islam merupakan agama ekstrimis, garis keras dan tidak punya toleransi.

"Semua pemahaman itu salah dan harus diluruskan," katanya. Dia menekankan bahwa Islam tidak mengajarkan ekstrimisme, militansi atau ketidaktoleransian dan tidak berkonflik dengan demokrasi, sekulerisme dan modernisme.

"Sayangnya, kelompok ekstrim Muslim memperlihatkan versi yang salah dari ajaran Islam," katanya. Kunjungan ke Beijing itu merupakan yang pertama bagi Presiden Musharraf sejak kepemimpinan baru Cina dilantik bulan Maret lalu.

Kunjungan itu dilakukan lima bulan setelah PM India Atal Behari Vajpayee disambut Presiden Hu Jintao sebagai perdana menteri pertama India yang datang ke Beijing dalam dasawarsa terakhir. Hubungan Cina dengan dua negara tetangga di Asia Selatan yang memiliki kemampuan nuklir itu dipandang memiliki kepentingan khusus sejak India dan Pakistan mulai proses perdamaian yang sulit setelah hampir terlibat dalam perang mereka yang ke-empat, tahun lalu.

Musharraf memuji Cina untuk "sikap tegasnya" terhadap masalah Kashmir dan menyatakan Pakistan akan terus mendukung Beijing tentang Taiwan dan hak-hak asasi manusia (HAM). "Pakistan dan India merdeka hampir pada saat yang sama tapi dalam era yang berbeda," katanya.

"Kami memulai kunjungan selaku negara-negara berkembang yang menghadapi ancaman eksternal dan menantang kohesi internal". "Kami telah menempuh jalan yang panjang," tegasnya.

Pakistan amat tergantung kepada Cina perihal alat-alat pertahanan, sejak AS berhenti memasok perangkat keras militer pada tahun 1990 di tengah klaim bahwa negara itu memiliki kemampuan memproduksi senjata nuklir. (Ant/AFP/Cih)***

Â