Tegal, NU Online
Ada banyak tantangan yang harus dihadapi dan diwaspadai generasi NU, baik dari IPNU-IPPNU, Ansor maupun Fatayat. Yang paling berat adalah penyebaran ideologi-ideologi yang bertentangan dengan faham Ahlussunnah wal jamaâah. <>
Demikian disampaikan Ketua PC. LP Ma arif Kabupaten Tegal H Muslih dalam diskusi ke-NU-an yang diselenggarakan Pimpinan Anak cabang IPNU-IPPNU Kecamatan Dukuhwaru, Ahad lalu (8/1) lalu di MI. Asyafiiyah Desa Kalisoka Kecamatan Dukuhwaru.
Ideologi-ideologi Islam disebarkan oleh kelompok radikal dan kelompok Islam politik, yang ditandai dengan tuntutan diberlakunya perda-perda Islam di beberapa daerah. Kedua munculnya isu-isu pro pasar dan mendukung sepenuhnya proses penyebaran liberalisme di Indonesia, multikulturalisme, dan lain-lain. Dan yang ketiga munculnya aliran-aliran sempalan Islam.
âSebagai generasi muda yang mampu berfikir kedepan nampaknya kita harus bisa membaca jelas, paling ketiga hal ini yang bisa menjadi bahan pemikiran bersama karena NU juga akan bertumpu pada generasi penerusnya yaitu generasi muda seperti IPNU dan IPPNU ini," kata Muslih.
Dihadapan 50 peserta dia menegaskan, Ahlussunnah wal Jamaâah sebagai landasan berfikir dalam NU atau manhaj al Fikr, sehingga tidak mudah untuk menuduh sembarangan terhadap suatu peristiwa atau sesuatu sebelum menadapatkan sumber dan rujukan yang valid .
âAhlussunnah wal jamaâah adalah merupakan manhaj al Fikr (cara berfikir) yang digariskan oleh para Sahabat dan tabiit-tabiin yang memiliki intelektual tinggi dan netral dalam bersikap. Sifat moderat yang ditonjolkan kelompok sunni terhadap kelompok-kelompok lain seperti Syiâah, Khawarij, Jabariyah, Qodariyah, Murjiah, dengan tidak mudah menuduh kafir. Kelompok sunni lebih melihat secara proporsional terhadap perilaku mereka. Sikap moderat inilah yang dijadikan pijakan sunni sebagai paradigma (cara pandang) dan cara berfikir yang perlu dikembangkan," jelasanya.
Dalam diskusi tersebut juga menyinggung aplikasi Ahlussunnah wal Jamaâah dalam organisasi NU. âUntuk dapat memahami dan mengakutalisasikan Ahlussunnah Waljamaâah dalam kehidupan individu maupun masyarakat dapat dilakukan melalui tiga macam pendekatan, yakni pendekatan doktrinal, pendekatan historis dan pendekatan kultural,â tukasnya
Sementara ketua PAC. IPNU Kecamatan Dukuhwaru Faizal Ali mengatakan, diskusi tersebut sangat penting karena NU harus dipahami sejak dini sehingga tidak hanya berperan dengan kuktural saja . âDengan memahami NU secara utuh dimasa sekarang maka kita bisa mebaca tantangan dan strategi NU di masa yang akan datang, dengan kata lain untuk memikirkan organisasi tidak bisa sebagian harus utuh sehingga memiliki kesimpulan yang jelas," katanya.
Sepakat dengan Faizal Ali, Ketua PAC. IPPNU Kecamatan Dukuhwaru Evi Mastuti mengatakan pemahaman organisasi harus utuh tidak boleh sebagian. âOrganisasi ini butuh generasi penerus yang akan melanjutkan cita-cita mulianya untuk itu kalau memahi tidak utuh, bagaimana peluang, hambatan dan strateginya maka siap-siap saja kita akan memberikan tongkat estafet pada orang yang buta," katanya
Diskusi ini menjadi penting dan bermakna, lanjut Evi Mastuti ketika semua hasil diskusi masuk dalam pemikiran dan hati peserta. Turut hadir dalam kegiatan tersebut , Pembina PAC IPNU-IPPNU Kecamatan Dukuhwaru , dan perwakilan beberapa badan otonom.
Redaktur   : A. Khoirul Anam
Kontributor: Abdul Muiz
Terpopuler
1
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
2
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
3
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
4
Khutbah Jumat: Menjaga Keluarga dari Konten Negatif di Era Media Sosial
5
PCNU Kota Bandung Luncurkan Business Center, Bangun Kemandirian Ekonomi Umat
6
Rezeki dari Cara yang Haram, Masihkah Disebut Pemberian Allah?
Terkini
Lihat Semua