Warta

Banyak Program Bantuan Tsunami Perlu Dievaluasi

NU Online  ·  Rabu, 20 April 2005 | 05:09 WIB

Jakarta, NU Online
Najihah, relawan PBNU di Aceh yang baru pulang mengajar bahasa Inggris di berbagai lokasi pengungsian di Aceh mengungkapkan bahwa banyak hal perlu dievaluasi untuk perbaikan program bantuan bagi korban bencana tsunami di Aceh.

Mantan ketua IPPNU tersebut mengungkapkan prioritas utama adalah perbaikan distribusi bantuan. “Bantuan hanya dikonsentrasikan di refugee camp sedangkan mereka yang tidak ikut mengungsi dan tinggal dirumah sendiri tak mendapat bantuan sama sekali,” tandasnya.

<>

Diceritakannya bahwa terdapat satu keluarga dengan sembilan orang anak, sang suami meninggal dan lima anaknya mati. Namun karena lebih memilih tinggal dirumah maka dia tak mendapat fasilitas apa-apa, cuma mendapat pembagian beras dan telor waktu awal-awal pasca tsunami.

Mahasiswa George Town University tersebut berpendapat bahwa konsentrasi bantuan tersebut memiliki efek negative karena orang menjadi tergantung dan tidak mau berusaha untuk mulai kehidupan baru di daerah asalnya sedangkan mereka yang memiliki semangat juang dengan membersihkan dan memperbaiki rumahnya yang rusak malah tidak mendapat bantuan apa-apa.

Dalam hal ini, ia mengaku sudah bertemu dengan anggota DPR yang berkunjung ke sana dan memang kebijakan yang dibuat bantuan memang dikonsetrasikan ke camp pengungsi.

Hal lain yang perlu diperbaiki adalah barak yang cuma berukuran 4 X 5 meter persegi untuk satu keluarga dan tidak ada sekatnya. ini dinilainya tidak kondusif untuk kehidupan keluarga, apalagi hanya terbuat dari triplek tipis beratap seng yang sangat mudah ambrol. Atap yang pendek sekaligus terbuat dari seng tentu saja sangat panas, apalagi di Aceh kawasan pinggir pantai.

“Dengar-dengan oleh pemerintah ditenderkan senilai 15 juta tetapi oleh kontraktor hanya dipakai 8 juta dan sisanya masuk kantong. ternyata tsunami bisa jadi proyek yang menguntungkan,” tandasnya.

Beberapa anak muda juga mengungkapkan bahwa mereka butuh pekerjaan karena bantuan uang sifatnya hanya sementara. pemerintah dalam hal ini akan menempatkan para mengungsi di barak selama 2 tahun dan kemudian akan dibangunkan rumah.

Terdapat pula beberapa persoalan akibat tsunami yang ditemuinya, misalnya banyaknya kasus pengajuan perwalian ke pengadilan untuk anak yatim yang kemudian hanya untuk mengambil uang di bank. Dalam hal ini bank tidak perduli dan mengeluarkan dana asal ada surat dari pengadilan.

Terdapat juga kasus dimana seorang suami yang kehilangan istri dan kemudian menikah dengan adik istrinya yang sudah sepenuhnya mencurahkan perhatian pada suami dan anak dari kakaknya. Namun tiba-tiba istrinya yang hilang tersebut kembali dalam keadaan selamat. Banyak sekali kasus yang sifatnya individual yang harus dicarikan solusinya

Aktivis NU dari Kendal Jawa Tengah tersebut sebelumnya sempat mempertanyakan apa yang dipebuat NU di Aceh dan pertanyaan serupa juga sering ditanyakan oleh warga nadhliyyin di daerahnya. Namun ketika di Aceh ia melihat bahwa banyak hal yang telah diperbuat oleh NU tetapi kurang dipublikasikan di media massa seperti pemberian bantuan beasiswa kepada 1000 orang yatim piatu, bahkan anak-anak NU yang melakukan pembersihan di masjid Baiturrahman sebelum pihak lain melakukan.

“Kita memang disorot tidak melakukan apa-apa tetapi kita sudah melakukan lebih awal daripada kelompok lain, cuma yang namanya ulama tidak memakai bendera, setelah saya ke sana dan melihat PBNU melakukan banyak hal, apa yang salah sebenarnya sampai tidak terekspos ini, saya banyak melihat banyaknya bantuan NU,” imbuhnya.

Selama di Aceh, ia mengunjungi berbagai lokasi pengungsian untuk mengajar bahasa Inggris, mulai dari anak SD kelas 6 sampai dengan siswa SMA kelas 3. Pagi hari diperuntukkan untuk siswa laki-laki dan sore bagi siswa perempuan.

“Anak-anak antusius sekali menerima pelajaran bahasa Inggris, kelas selalu penuh dan aktif, ini membuat saya merasa bagian dari mereka, apalagi ketika saya mau pulang,  mereka mngatakan mengapa kakak pulang cepat sekali, kok tidak sama kami, semuanya seperti itu,” tandasnya.

Secara umum kemampuan bahasa Inggris mereka cukup bagus. yang menjadi kendala adalah pronunciation sedangkan yang lainnya seperti reading comprehension dinilainya baik.(mkf)