Warta

Akibat Hutan Rusak, Banjir di Langkat 70 Tewas

NU Online  ·  Senin, 3 November 2003 | 18:16 WIB

Jakarta, NU.Online
Akibat hutan gundul, duka lara menyelimuti ribuan warga korban banjir di Desa Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Karena itu, Presiden Megawati Taufik Kiemas harus tanggap atas penderitaan rakyatnya itu dengan mengunjungi langsung ke lokasi banjir bandang yang menelan 70 korban jiwa, lima di antaranya turis asing tersebut.

“Hal itu agar Presiden bisa menyaksikan langsung dampak kerusakan lingkungan di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL),” kata Ketua Yayasan Ekosistem Lestari, dr Sofyan Tan, saat ditemui wartawan di lokasi banjir bandang di Desa Bukit Lawang, Senin (3/11) kemarin.

<>

Menurut Sofyan, pihaknya sudah sejak dulu mengingatkan bahwa penebangan liar yang banyak terjadi di kawasan Hutan Leuser akan menimbulkan bencana alam. Nyatanya hal itu kini terjadi, hingga menelan ratusan korban jiwa dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal.

“Megawati semestinya datang sendiri ke sini. Bahwasanya ada hal-hal di luar masalah politik, yang tidak tertangani dengan baik. Makanya persoalan ini hendaknya ditangani secara serius,” tandas Sofyan, yang juga Ketua Presidium Forum Nasional Usaha Kecil dan Menengah, itu.

Dijelaskan, kerusakan KEL mencapai 43.000 hektare, baik karena penebangan liar (illegal logging) maupun kerusakan hutan yang dilakukan secara tidak kentara akibat kurangnya pemahaman penduduk tentang fungsi alami hutan sebagai penyerap air. Sofyan yang memiliki Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup dan Konservasi Orang Utan di Bukit Lawang menambahkan, pelaku penebangan liar tak ubahnya penebar teror. Pasalnya, akibat perbuatan mereka telah menghilangkan nyawa orang lain.


“Sebab itu, penebang liar yang saat ini masih hidup nyaman di Sumatera Utara, hendaknya dihukum mati saja, karena mereka juga telah menyengsarakan rakyat,” tukar anggota Komite Pemulihan Ekonomi Nasional tersebut.

Dalam kesempatan itu, Sofyan yang kehilangan seorang staf lapangannya turut menyerahkan bantuan berupa dua ton beras, mie instan, dan obat-obatan senilai Rp 10 juta lebih. Ia juga menyatakan akan berusaha memberi santunan kepada keluarga korban. 


SAR Bantu Korban

Sementara itu belasan anggota Badan SAR Nasional dari Medan sejak Senin siang terus berupaya menyalurkan bahan pangan kepada seratusan orang penduduk di beberapa desa yang dilanda banjir bandang di sekitar bantaran daerah aliran sungai (DAS) Bahorok.

Para petugas SAR terpaksa dikerahkan untuk menyalurkan bantuan pangan ke lokasi pemukiman penduduk yang tidak bisa dijangkau dengan jalur darat, karena jembatan yang menghubungkan ke desa-desa mereka ikut hanya diterjang banjir bandang sejak Minggu malam lalu 

Hingga kini arus air di Sungai Bahorok persisnya di sekitar taman wisata Bukit Lawang hingga menjelang Senin petang tampak masih cukup deras dan sebagian besar wilayah kecamatan Bahorok kembali diguyur hujan deras.

"Ada beberapa desa di seberang Sungai Bahorok yang untuk sementara tidak bia dijangkau dengan jalan kaki, karena jembatan ke desa-desa itu sudah tidak ada lagi akibat dihantam banjir," kata Juni Antonius Sitorus seperti dikutip ANTARA.

Bahan pangan yang disalurkan kepada sejumlah warga yang terkepung banjir itu berupa makanan kering yang pada umumnya siap dikomsumsi. Disebutkannya, para anggota tim Badan SAR Nasional juga hingga Senin sore terus melakukan penyisiran di sekitar DAS Bahorok, guna mencari korban lain yang hingga kini disinyalir masih ada yang belum ditemukan.(Cih)***