Warta

Ahmad Tohari: Santri Berdosa Kalau Tak Membaca

NU Online  ·  Selasa, 12 Januari 2010 | 08:20 WIB

Yogyakarta, NU Online
Sastrawan pesantren Ahmad Thohari terus menyemangati para santri dan pelajar untuk membaca. Membaca apa saja. Katanya, “Kalian semestinya harus merasa berdosa jika setiap hari tidak membaca.”

Bagi penulis novel ’Ronggeng Dukuh Paruk’ ini, perasaan berdosa itu mestinya sama dengan ketika para santri tidak melaksanakan ibadah mahdhoh atau ibadah ritual semisal shalat dan puasa.<>

Saat memberikan orasi kebudayaan dalam malam penutupan Liburan Sastra di Pesantren (LSdP) 4 di Pesantren Kaliopak, Bantul, Yogyakarta, Ahad (10/1) malam lalu, Ahmad Tohari mengingatkan, sejatinya, wahyu yang kali pertama diturunkan adalah perintah iqra’ (membaca).

Selain orasi budaya dari Ahmad Tohari, malam itu juga diramaikan D. Zawawi Imron dan Jamal D. Rahman dengan pembacaan puisi, musik muda-mudi Klenggotan Piyungan Bantul-Genk Kobra Yogyakarta, tari santri Kaliopak, teater Sahita Solo dan teater peserta liburan sastra empat.

Menurut Fahmi, ketua panitia, liburan sastra merupakan agenda setahun dua kali yang digelar oleh komunitas Matapena Yogyakarta. Dalam kegiatan yang diadakan selama tiga hari itu sejak Jum’at (8/1) peserta menerima materi sastra utamanya cerpen dari pemateri yang handal. Selain itu, diisi dengan funny games dan out-bond.

Sementara itu, Ahmad Fikri AF, pembina komunitas Matapena menyatakan tahun ini liburan sastra dengan peserta terbanyak, 103 orang. Jumlah itu, katanya diikuti oleh pelajar dan santri dari Jepara, Kudus, Magelang, Yogyakarta, Banyuwangi, Jakarta dan kota-kota yang lain. (qim)