100 Tahun Syech Sulaiman Arrasuli Diperingati dengan Yasinan
NU Online Ā· Senin, 5 Mei 2008 | 10:03 WIB
Seratus tahun pengabdian Syech Sulaiman Arrasuli pendiri Yayasan Pendidikan Tarbiyah Islamiyah (TI) Canduang Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat, diperingati dengan yasinan dan wirid pengajian.
Ketokohan Syech SulaimanArrasuli sebagai ulama pengembang paham ahlussunnah di Sumatera Barat tidak diragukan lagi. āPeringatan 100 tahun pengabdian Syech Sulaiman Arrasuli tentu memiliki makna tersendiri bagi pengikutnya. Kita berharap peringatan tersebut bukan hanya serimonial belaka, namun yang lebih penting adalah subtansial dari ketokohan Syech Sulaiman Arrasuli,ā kata Ketua PD Tarbiyah Islamiyah Sumatera Barat H.Boy Lestari Datuak Palindih kepada Kontributor NU Online Bagindo Armaidi Tanjung di Padang, Senin (5/5).<>
Boy Lestari yang dihubungi via telepon selularnya mengatakan, maksud subtansial tersebut adalah, bagaimana kita mencontoh dan mentauladani Syech Sulaiman Arrasuli dalam memimpin umat. Beliau termasuk ulamaĀ disegani umat yang pernah ada di Ranah Minang.
Ketua Syarikat Yasin Al Ikhlas (SYAI) Canduang Kabupaten Agam Hadrial Rajo Bagindo kepada wartawan Minggu (4/5) menyebutkan, peringatan seratus tahun Syech Sulaiman Arrasuli amat penting artinya bagi masyarakat di Canduang dan sekitarnya. Syech Sulaiman Arrasuli mengembangkan Pendidikan Tarbiyah Islamiyah tahun 1908, seratus tahun silam. Sampai sekarang lembaga pendidikan tersebut masih eksis sebagai lembaga pendidikan pesantren ternama di Sumatera Barat.
Diakui, kegiatan tersebut sudah lama tidak digelar. Melalui moment seratus tahun pengabdian Syech Sulaiman Arrasuli mengembangkan Tarbiyah Islamiyah, SYAI mencoba mengangkat kembali. Sehingga akan bisa membangkitkan semangat generasi muda untuk memajukan bangsa Indonesia, khususnya ajaran agama yang telah dibawa Syech Sulaiman Arrasuli.
Wakil Ketua PW Nahdlatul Ulama Ir. H.A.Khusnun Aziz, MM kepada NU Online mengatakan, ketokohan Syech Sulaiman Arrasuli sebagai pengembangan paham ahlussunnah tidak diragukan lagi. Sebagai bentuk penghargaan terhadap ulama
Syech Sulaiman Arrasuli yang mengembangkan ahlussunnnah di tanah air, PBNU memberikan NU Award pada puncak Harlah ke-82 NU, 2 Februari 2008 lalu. Syech Sulaiman Arrasuli dinilai PBNU telah berjasa dalam mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jama'ah dan telah mengharumkan nama umat Islam Indonesia di dunia Islam. Syech Sulaiman Arrasuli, bersama tiga ulama lainnya masing-masing Syeikh Arsyad al-Banjari (Banjarmasin), Syeikh Nawawi al-Bantani (Banten),Ā dan Syeikh Ihsan al-Jamfasi (Jampes Kediri).
Siapa Syech Sulaiman Arrasuli?
Syech Sulaiman Arrasuli, lebih populerĀ dengan sebutan Inyiak Canduang, yang berarti ulama besar dari Canduang. Dalam buku, Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatera Barat, yang diterbitkan Islamic Centre Sumatera Barat (1981), hal. 77 -Ā 86, menyebutkan, Syech Sulaiman Arrasuli lahir di desa Canduang 1871 M. Canduang sebuah perkampungan penduduk yang terletak sekitar 8 kilometer sebelah timur Kota Bukittinggi, di kaki gunung Merapi.
Ayahnya Angku Muhammad Rasul, seorang ulama pula. Sedangkan ibunya, Siti Buliah, seorang perempuan yang taat beragama. Awalnya, Sulaiman diserahkan orangtuanya. belajar Al Qurāan di sebuah pesantren di Batuhampa, Payakumbuh. Selanjutnya belajar agama di pesantren Tuanku Sami Ilmiyah di Baso, tidak jauh dariĀ Canduang. Kemudian pada Syeikh Muhammad Thaib Umar, seorang ulama Sungayang Batusangkar.
Tahun 1903, Sulaiman berangkat menunaikan ibadah haji dan mendalami ilmu agama Islam. Di Mekah, Sulaiman belajar kepada Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawy, dan sejumlah ulama lainnya. Tahun 1907, Sulaiman pulang dari Mekah. Ilmu agama yang diperoleh, mulai diajarkan kepada masyarakat di Surau Baru. Di surau ini Sulaiman melakukan perubahan sistem pengajaran agama yang sebelumnya halaqah.
Berbagai pelajaran diberikan secara teratur. Setahun kemudian, Sulaiman mendirikan Pendidikan Tarbiyah Islamiyah. Sebagai ulama, Sulaiman tidak saja pintar berdakwah dengan lisan, tapi juga melalui tulisan. Setidaknya ada delapan karangan Sulaiman, baik bertemakan tasawuf, doa-doa, ushuluddin, maupun tentang Nabi Muhammad.
Sulaiman wafat 1 Agustus 1970. Uniknya, Sulaiman menerima penghargaan tidak saja dari pemerintah Indonesia, tapi juga Belanda dan Jepang. Sulaiman menerima penghargaan āBintang Perakā dari Pemerintahan Belanda, āBintang Sakuraā dari Pemerintah Jepang, sedangkan dari Gubernur Sumbar pada 1975, Sulaiman menerima penghargaan sebagai āulama pendidikā. (bat)
Terpopuler
1
Ramai Bendera One Piece, Begini Peran Bendera Hitam dalam Revolusi Abbasiyah
2
Gus Yahya: NU Bergerak untuk Kemaslahatan Umat
3
Munas Majelis Alumni IPNU Berakhir, Prof Asrorun Niam Terpilih Jadi Ketua Umum
4
Ketum PBNU Resmikan 13 SPPG Makan Bergizi Gratis di Lingkungan NUĀ
5
PPATK Tuai Kritik: Rekening Pasif Diblokir, Rekening Judol Malah Dibiarkan
6
Di Tengah Fenomena Bendera One Piece Badan Siber Ansor Ajak Generasi Muda Hormati Merah Putih
Terkini
Lihat Semua