Warta

100 Juta Penduduk Belum Peroleh Air Bersih

NU Online  ·  Kamis, 23 Oktober 2003 | 21:31 WIB

Jakarta, NU.Online
Sekitar 100 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini belum memperoleh air bersih dan sehat, sehingga akan mudah terserang berbagai penyakit seperti diare, kata Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPMPL) Umar Fahmi Achmadi.

"Pemda belum menyediakan sarana air bersih dan melaksanakan manajemen mutu air terpadu," katanya usai Simposium Internasional Penyediaan Air Bersih Abad 21 di Bogor, Kamis malam.

<>

Menurut Dirjen, setiap pemda kabupaten/kota harus mampu membagi kebutuhan air untuk pertanian, industri dan rumah tangga (RT),menyediakan dan meningkatkan perlindungan sumber air baku, khususnya mata air dan sumur. Selain itu, Pemda kab/kota bekerjasama organisasi profesi melaksanakan pengawasan kualitas air minum secara bertahap sesuai standar nasional.

Dirjen mengharapkan masyarakat mengkonsumsi air yang bersih dan sehat yakni bebas bakteri berbahaya dan bebas dari pencemaran limbah beracun, agar tehindar dari berbagai penyakit menular seperti diare, tifus, kholera dan disentri.

Pemerintah RI bekerjasama Pemerintah Jerman bidang penyediaan air bersih di lima provinsi sebagai percontohan, yakni Riau, Bengkulu, DI Yogyakarta, Bali dan NTB selama 1990 - 2003.

Dirjen menyatakan pemda kabupaten/kota pada era otonomi daerah harus menyediakan sarana air minum bersih melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) agar warganya bebas dari terjangkitnya puluhanjenis penyakit tersebut.

Hasil Studi Lembaga Penelitian UI 1997 menyebutkan, air minum bersih dapat mencegah 35 persen dari kemungkinan terserang diare, dan dengan penyediaan jamban dapat mencegah 28 persen dari
kemungkinan diare.

Menurut data WASPOLA (Water and Sanitation Policy and Action Plan 2002), untuk mencukupi kebutuhan air minum bersih bagi 100 juta jiwa penduduk Indonesia diperlukan  investasi Rp60 triliun dari tahun 2003-2015 atau per tahunnya sekitar Rp5 triliun.

Simposium di Bogor, 22-23 Oktober 2003 yang diadakan Depkes bekerjasama lembaga kerjasama internasional Jerman (GTZ) dan WHO itu diikuti 100 peserta dari Indonesia, India, Nepal, Thailand, Jerman, Belanda, Austria, Timor Leste dan Vietnam.(Cih)***  

Â