Warta

1 Muharram, Tonggak Kebangkitan Peradaban Umat Islam

Sabtu, 20 Januari 2007 | 05:02 WIB

Jakarta, NU Online
Tak banyak yang memahami makna di balik tanggal 1 Muharram atau yang kemudian ditetapkan sebagai Tahun Baru Islam. Dari sudut sejarah, ditetapkannya 1 Muharram sebagai mula penanggalan kalender Hijriah sesungguhnya lebih dititikberatkan sebagai tonggak kebangkitan peradaban umat Islam.

Demikian disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Dr H Ing Fauzi Bowo melalui siaran pers yang diterima NU Online di Jakarta, Sabtu (20/1)

<>

Menurut pria yang akrab disapa Bang Foke itu, hijrahnya Nabi Muhammad SAW bersama kaum muhajirin ke Madinah dilakukan dengan satu tujuan, yakni untuk melaksanakan ibadah sebagai seorang hamba yang utuh dan aktifitas sosial kemasyarakan lainnya.

Peristiwa bersejarah itu pun, terang Bang Foke yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta, pun memberikan hikmah yang sangat mendasar tentang persatuan dan kesatuan umat Islam. Jalinan persaudaraan yang menciptakan integrasi umat Islam yang sangat kokoh telah membawa Islam mencapai kejayaan dan mengembangkan sayapnya ke berbagai penjuru bumi.

“Kaum Muhajirin Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiah (persaudaraan di antara umat Islam, Red) bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. Namun namun dalam perkembangannya, umat Islam dewasa ini menjadi umat yang tercerai-berai, umat yang suka berlaku kasar, umat yang malas dan terbelakang sehingga tidak disegani oleh negara atau kaum beragama lainnya,” jelas Bang Foke.

Apa yang sedang dialami umat Islam pada umumnya, terutama berbagai konflik yang seakan tak akan menemui ujung, menurutnya, jelas karena kurang eratnya ikatan tali persaudaraan. “Hal tersebut (konflik) dapat terjadi karena ukhuwah Islamiyah tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar. Sesuai dalam surat Al Anfal ayat 46; ‘Dan taatlah kepada Allah dan rasulnya, janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu gagal dan hilang kewibawaanmu dan besabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar’,” ungkapnya.

Tahun Baru Hijriyah ini, kata Bang Foke, hendaknya bisa diambil semangatnya yang mendasarinya, yakni momentum perlajanan menuju masyarakat madani yang membentuk tatanan masyarakat Islam. Hal itu tentu saja diawali dengan eratnya jalinan solidaritas sesama muslim.

“Sehingga seringkali makna tersirat ini dijadikan oleh kaum muslimin sebagi momentum perbaikan diri untuk menata hidup yang lebih baik di masa mendatang,” ujarnya. (rif)