Kemurahan Hati dan Sikap Dermawan dalam Kajian Tasawuf
NU Online · Ahad, 6 Juni 2021 | 22:30 WIB

Orang yang pemurah juga berarti orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain dan ringan dalam menerima kekurangan orang lain (sakhawatun nafs).
Alhafiz Kurniawan
Penulis
Imam Al-Qusyairi dalam risalahnya yang terkenal membahas kemurahan hati dan kedermawanan (kesalehan sosial). Dalam risalah itu ia membuka pembahasan kemurahan hati dan kedermawanan dengan Surat Al-Hasyr ayat 9.
Surat Al-Hasyr ayat 9 memuat sifat kemurahan hati orang beriman untuk berbagi meski mereka sendiri juga sedang mengalami kesulitan dan membutuhkan.
قال الله عزّ وجلّ وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
Artinya, “Mereka mengutamakan orang lain meski diri mereka kesulitan juga,” (Surat Al-Hasyr ayat 9).
Al-Qusyairi juga mengutip hadits yang memuat keutamaan kemurahan hati dan sikap dermawan. Bahkan, hadits ini menjelaskan bahwa Allah lebih menyukai orang yang saleh secara sosial daripada ahli ibadah yang bersifat ritual.
عن عائشة رضي الله عنهما قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم السخيّ قريب من الله تعالى، قريب من الناس، قريب من الجنة، بعيد عن النار. والبخيل بعيد من الله تعالى، بعيد من الناس، بعيد من الجنة، قريب من النار. والجاهل السخيّ أحب إلى الله تعالى من العابد البخيل
Artinya, “Dari Aisyah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sebaliknya, orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat dengan neraka. Orang bodoh yang dermawan lebih disukai oleh Allah daripada ahli ibadah yang kikir,’” (Lihat Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah,[Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 135).
Al-Qusyairi mengatakan, orang yang murah hati adalah orang yang ringan untuk berbagi. Orang yang murah hati dapat berbagi kelebihan harta atau pertolongan pertama saat kecelakaan di jalan. Orang yang pemurah juga berarti orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain dan ringan dalam menerima kekurangan orang lain (sakhawatun nafs).
وحقية الجود أن لا يصعب عليه البذل
Artinya, “Hakikat dermawan adalah orang yang tidak sulit memberikan sesuatu,” (Lihat Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 135).
Abdullah Ibnul Mubarak, kutip Al-Qusyairi, membagi dua kemurahan hati dan sikap dermawan. Menurutnya, orang yang pemurah atau dermawan bisa jadi orang yang mudah berbagi kepada orang lain. Tetapi maknanya tidak selalu demikian. Orang yang pemurah atau dermawan bisa juga bermakna orang yang tidak menginginkan kepemilikan orang lain.
وقال عبد الله بن المبارك سخاء النفس عما في أيدي الناس أفضل من سخاء النفس بالبذل
Artinya, “Abdullah Ibnul Mubarak mengatakan, ‘Kelapangan hati terhadap milik orang lain lebih utama daripada kemurahan hati untuk berbagi,’” (Lihat Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 138).
Dengan kata lain, kemurahan hati juga berarti kelapangan hati melihat kepemilikan orang lain. Di dalam hatinya tidak terbersit pikiran buruk terhadap kepemilikan orang lain. Hati orang yang pemurah tidak menjadi sempit karena menyaksikan kepemilikan orang lain. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
Terkini
Lihat Semua