Muhammad Afifuddin
Kolomnis
Ada beberapa hal yang menyebabkan orang harus mandi wajib. Karena beragamnya penyebab mandi wajib timbul pertanyaan, apakah niatnya itu sama? Apakah boleh niat secara umum seperti wudhu? Bagaimana niat mandi wajib setelah mimpi basah?
Syekh Ibrahim Al-Bajuri dalam kitab Hasyiyatul Bajuri menjelaskan, niat mandi wajib tidak boleh dilakukan secara umum misal: “Saya niat mandi”, sebagaimana niat wudhu boleh dengan niat umum misal: “Saya niat wudhu”. Karena mandi adakala mandi biasa dan adakala mandi besar yang bersifat wajib atau mandi sunah. Berbeda dengan wudhu yang pasti sebuah ibadah.
قوله (ونحو ذلك) أي كنية استباحة الصلاة أو فرض الغسل أو أداء فرض الغسل، أو الغسل المفروض أو الغسل الواجب ولا تكفي نية الغسل فقط لأنه يكون عبادة وعادة بخلاف نية الوضوء فقط فإنها تكفي لأنه لا يكون إلا عبادة كما مر
Artinya, “Perkataan Ibnu Qasim Al-Ghazi: “Dan niat-niat semisalnya”, yakni seperti niat untuk membolehkan melaksanakan shalat, niat fardhu mandi, melaksanakan kewajiban mandi, niat mandi yang difardhukan, atau niat mandi yang wajib.
Tidak boleh hanya niat mandi saja, karena mandi itu adakala mandi ibadah dan adakala mandi biasa. Berbeda dengan niat wudhu, maka boleh niat wudhu saja. Karena wudhu hanya ada wudhu yang berupa ibadah sebagaimana penjelasan yang telah lewat.” ( Ibrahim Al-Bajuri, Hasyiyatul Bajuri, [Beirut, Darul kutubil ilmiyah: 2017], jilid I, halaman 144).
Niat Mandi Wajib yang Diperbolehkan, Termasuk Niat Mandi Wajib setelah Mimpi Basah
Secara lebih teknis niat mandi wajib yang diperbolehkan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ فَرْضَ الْغُسْلِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitul fardhal ghusli lillahi ta’ala.
Artinya, "Aku niat kewajiban mandi karena Allah ta'ala."
نَوَيْتُ أَدَاءَ فَرْضِ الْغُسْلِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu adā’a fardhil ghusli lillahi ta’ala.
Artinya, "Aku niat melaksanakan kewajiban mandi karena Allah ta'ala."
نَوَيْتُ الْغُسْلَ الْمَفْرُوضَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitul ghuslal mafruudha lillahi ta’ala.
Artinya, "Aku niat mandi yang difardhukan karena Allah ta'ala."
نَوَيْتُ الْغُسْلَ الْوَاجِبَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitul ghuslal wajiba lillahi ta’alaز
Artinya, "Aku niat mandi wajib karena Allah ta'ala."
Bisa pula dengan niat menghilangkan hadats besar:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلحَدَثِ اْلأَكْبَرِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbari fardhal lillahi ta’ala.
Artinya, "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar, fardhu karena Allah ta'ala.”
Niat Mandi Wajib yang Lebih Detail
Bila ingin berniat secara lebih detai, maka bagi orang haid berniat menghilangkan hadats haidnya:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ اْلحيضِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Nawaitul ghusla liraf’il hadatsil haidhi fardhal lillahi ta’ala.
Artinya, "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats haid, fardhu karena Allah ta'ala.”
Bagi orang junub berniat menghilangkan hadats janabahnya:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلجنابةِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Nawaitul ghusla liraf’il janābati fardhal lillahi ta’ala.
Artinya, "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats janabah, fardhu karena Allah ta'ala.”
Bila ingin mendetailkan lagi penyebab junubnya, maka bagi orang junub yang disebabkan jima niatnya adalah:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلجَنَابَةِ بِالْجِمَاعِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Nawaitul ghusla liraf’il janābati bil jima’i fardhal lillahi ta’ala.
Artinya, "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats jinabah sebab jima’, fardhu karena Allah ta'ala.”
Bagi orang yang junub disebabkan mimpi basah niatnya adalah:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ اْلجَنَابَةِ بِالْاِحْتِلَامِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Nawaitul ghusla liraf’il janābati bil ihtilāmi fardhal lillahi ta’ala.
Artinya, "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats jinabah sebab mimpi basah, fardhu karena Allah ta'ala.”
Kesalahan dalam Niat Mandi Wajib yang Detail
Apabila terjadi kesalahan dalam niat mandi wajib yang detail, maka hukumnya tetap sah dengan syarat tidak ada kesengajaan.
Al-Khatib As-Syirbini dalam kitab Al-Iqna' menjelaskan:
فينوي رفع الجنابة أي رفع حكمها إن كان جنبا ورفع حدث الحيض إن كانت حائضا ... فلو نوى شخص رفع الجنابة وحدثه الحيض أو عكسه أو نوى رفع جنابة الجماع وجنابته باحتلام أو عكسه صح مع الغلط دون العمد
Artinya, “Kemudian niat menghilangkan janabah, yakni menghilangkan hukum janabahnya, jika orangnya junub. Niat menghilangkan hadats haid, jika orangnya (usai) haid …
Apabila orang berniat menghilangkan janabah sedangkan dia (sebenarnya) orang yang (telah) berhadats haid atau sebaliknya; atau berniat menghilangkan janabah sebab bersetubuh sedangkan (sebenarnya) janabahnya sebab mimpi basah atau sebaliknya, maka hukumnya tetap sah apabila kesalahannya tidak sengaja.” (Asy-Syirbini, Al-Iqna’, [Beirut Darul Fikr], jilid I, halaman 68).
Demikian detail ragam niat mandi wajib. Termasuk pula detail niat mandi wajib setelah mimpi basah. Wallahu a’lam.
Ustadz Muhammad Afifuddin, Ketua LBM Pondok Pesantren Mambaus Sholihin 9 Blitar
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dan Kejujuran di Tengah Krisis Kepercayaan Publik
2
Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri
3
Khutbah Jumat: Kelola Harta dengan Bijak
4
Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi
5
Khutbah Jumat: Pentingnya Menjauhi Lingkungan Pertemanan yang Toxic
6
Pameran Persaudaraan Indonesia-Saudi di Istiqlal 24 April-3 Mei 2025 Dibuka Gratis untuk Umum
Terkini
Lihat Semua