Syariah

Islam itu Agama yang Mudah, Mana Dalilnya?

Sel, 12 November 2019 | 15:46 WIB

Islam itu Agama yang Mudah, Mana Dalilnya?

Allah menghendaki kita kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan. (Ilustrasi: isqw.us)

Tulisan ini berawal dari sebuah pernyataan yang kemudian berujung pertanyaan. Pernyataannya adalah Islam itu agama yang mudah dan luas (al-islamu dinun yusrun wus’atun). Sedangkan pertanyaannya adalah mana dalil pendukung pernyataan tersebut dan bagaimana penjabarannya? Apakah pernyataan itu dibenarkan oleh nushush al-syari’ah (teks-teks syariah)?  

 

Untuk menjawabnya, terlebih dahulu kita perlu melacak dari mana pernyataan itu berasal. Ternyata ia langsung dari Baginda Nabi shallallahu‘alaihi wasallam. Ada dalam sebuah hadis dengan sanad sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Di sana beliau menyatakan:  

 

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ

 

Artinya, “Sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian di waktu pagi-pagi sekali, siang hari di kala waktu istirahat dan di awal malam,” (HR. al-Bukhari [39] dan Muslim [2816]).  

 

Maksud hadis ini ialah syariat yang Allah turunkan kepada umat Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mudah dan tidak sulit. Allah telah mengangkat hal-hal yang memberatkan mereka. Sehingga ia tidak memaksa seorang hamba kecuali sesuai kemampuannya. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:  

 

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

 

Artinya, “Allah menghendaki kalian kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan,” (Q.S. al-Baqarah [2] : 185).  

 

Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman: 

 

وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِۖ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعْتَصِمُوْا بِاللّٰهِ ۗهُوَ مَوْلٰىكُمْۚ فَنِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

 

Artinya, “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah salat; tunaikanlah zakat, dan berpegang-teguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong,” (Q.S. al-Hajj [22]: 78).

 

Di dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini sebagai berikut, “Allah tidak membebani kalian melainkan sebatas kemampuan. Tiada sesuatu yang dibebankan kepada kalian kemudian kalian merasa berat atasnya, melainkan Allah sediakan jalan keluarnya.” (Lihat: Tafsir Ibn Katsir, Damaskus: Dar al-Fikr, tt.: Juz 5, hal. 455).

 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

 

إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

 

Artinya, “Apabila aku perintahkan kepada kalian mengerjakan suatu perkara, maka laksanakanlah semampu kalian,” (HR. al-Bukhari-Muslim).  

 

Sebagai bukti penerapan ayat dan hadis di atas adalah Allah telah banyak menurunkan rukhshah (dispensasi) dalam praktik ibadah, seperti kebolehan berbuka puasa bagi orang sakit atau sedang bepergian jauh pada bulan Ramadlan. Shalat boleh dilaksanakan sambil duduk manakala seseorang tidak mampu berdiri, dan masih banyak lagi rukhshah lainnya. Pertanyaannya, bagaimana kalau ada yang mengatakan bahwa agama itu sulit?

 

Setidaknya ada dua kemungkinan bagi orang yang memiliki anggapan itu. Pertama, ia mungkin takut berjihad sehingga berpaling dari mengikutinya sambil mengatakan agama itu sulit. Contohnya, ia berat mengeluarkan infak dan sedekah, padahal untuk membangun madrasah, membangun fasilitas umum, dan sejenisnya. Orang ini seperti terhijab hatinya dari menyaksikan keindahan dan kemudahan agama Allah SWT. Kedua, ia mungkin sedang mengajukan keberatan bila diajak berkorban dan berjuang bersama.   

 

Dua kondisi ini sudah disindir oleh Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadis riwayat Mu‘adz ibn Jabal. Hadis ini secara jelas menggambarkan rukhshah dan kemudahan dimaksud.

  

كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا قَرِيبًا مِنْهُ وَنَحْنُ نَسِيرُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ: لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ عَظِيمٍ ، وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ ، تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ البَيْتَ

 

Artinya, “Suatu ketika aku bersama Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan safar. Dan saat berjalan aku berada sangat dekat dengan beliau. Kemudian aku berkata, ‘Wahai Rasullallah! Ajarkanlah aku suatu amal yang bisa memasukkanku ke surga dan semakin menjauhkanku dari neraka!’ Beliau menjawab, ‘Sungguh kamu telah mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat agung kepadaku. Namun sesungguhnya hal itu mudah bagi orang yang dikehendaki oleh Allah. Sembahlah  Allah, dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun! Laksanakan shalat, tunaikan zakat, berpuasalah di bulan Ramadhan lalu laksanakanlah haji, (HR. al-Tirmidzi).

 

Apa indikator bahwa Allah memudahkan seorang hamba dalam melaksanakan agama-Nya?  

 

Sebuah hadis dalam Syarah Riyadh al-Shalihin menyatakan:

 

فأنت تجد المؤمن الذي شرح الله صدره للإسلام يصلي براحة ، وطمأنينة ، وانشراح صدر، ومحبة للصلاة، ويزكي كذلك ، ويصوم كذلك ، ويحج كذلك ، ويفعل الخير كذلك، فهو يسير عليه ، سهل قريب منه

 

Artinya,Kamu akan menemukan orang mukmin yang dadanya dilapangkan Allah untuk menampung (nilai-nilai) Islam. Ia shalat dengan nyaman, tenang, lapang dada, dan penuh kecintaan kepada shalat. Demikian pula dalam berzakat, berpuasa, menunaikan ibadah haji,  dan beramal kebajikan lainnya. Dan semua itu dilakukannya dengan mudah, bahkan sangat mudah. (Lihat: Syarah Riyadl al-Shalihin, Juz 2, hal. 100)  

 

Demikian sekilas penjelasan tentang pernyataan “Islam itu agama yang mudah dan luas.” Pernyataan ini pun ternyata didukung oleh teks-teks syariat. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam.

 

Ustadz Muhammad Syamsudin, Tim Peneliti Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur