Kalimat “inna lillahi wa Inna Ilaihi raji’un” mesti terlontar lebih dulu sebelum bertanya apa sebab tetangga wafat. Kalimat itu seperti melekat pada kabar kematian. Tidak masalah diucapkan begitu saja. Gerakan spontan mulut ini terbilang baik.
Setelah itu, lazimlah mendatangi kenalan, tetangga, kerabat yang tengah berduka cita. Ungkapan belasungkawa dengan tatap muka, via telepon, pesan singkat, atau sekadar kirim karangan bunga, terbilang mudah dan ringan. Kendati hanya basa-basi, setengah sungguhan asal “hadir!”, atau memang sungguhan, semua itu memiliki arti penting bagi keluarga korban.
Ungkapan belasungkawa boleh dengan bahasa apa saja. Yang penting, bisa dimengerti ahli mayit. Ditambah dengan doa cukup afdhol. Rasulullah SAW pernah mengajarkan doa untuk keluarga yang sedang tertimpa musibah. Demikian disebutkan Habib Utsman bin Yahya dalam karyanya, Maslakul Akhyar.
Artinya, “Semoga Allah besarkan imbalan pahalamu, memperbaiki duka citamu, dan mengampuni jenazah yang meninggalkanmu.”
Baiknya doa ini dibaca dengan suara yang perlahan di hadapan ahli mayit. Wallahu A’lam. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
2
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Waktu Terbaik untuk Resepsi Pernikahan menurut Islam
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
Terima Dubes Afghanistan, PBNU Siap Beri Beasiswa bagi Mahasiswa yang Ingin Studi di Indonesia
Terkini
Lihat Semua