Sirah Nabawiyah BIOGRAFI NABI MUHAMMAD

Biografi Nabi Muhammad: Kelahiran hingga Masa Remaja (Bagian I)

Sab, 22 Agustus 2020 | 21:00 WIB

Biografi Nabi Muhammad: Kelahiran hingga Masa Remaja (Bagian I)

Biografi Nabi Muhammad.

Dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa dalam diri Nabi Muhammad terdapat suri teladan yang baik (uswah hasanah). Karena itu, setiap Muslim harus mengetahui kisah hidup atau biografi Nabi Muhammad agar bisa meneladaninya dengan baik dan benar. 

 

Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang ditugaskan Allah untuk menyampaikan risalah langit kepada umat manusia. Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad adalah penyempurna dari agama yang dibawa para nabi dan rasul sebelumnya. Beliau menyebarkan agama Islam kepada umatnya dengan penuh perjuangan. 

 

Nabi Muhammad mengalami hidup yang berliku—meski menjadi manusia istimewa dan pilihan Allah. Terlebih ketika menyebarkan ajaran Islam. Beliau menghadapi berbagai macam rintangan, tentangan, penolakan, halangan, dan bahkan upaya pembunuhan. Kendati demikian, beliau menghadapi itu semua dengan penuh kasih sayang. Karena Nabi Muhammad diutus Allah ke dunia itu, tidak lain dan tidak bukan, adalah sebagai rahmat bagi semesta Allah. Tanpa terkecuali satu makhluk pun.

 

Kelahiran 
Ada banyak pendapat dan riwayat terkait dengan dengan biografi Nabi Muhammad, terutama tentang hari kelahiran Nabi Muhammad. Namun menurut riwayat yang paling masyhur, Nabi Muhammad lahir pada Tahun Gajah—tahun di mana Raja Abrahah dari Yaman dan pasukan bergajahnya menyerang Ka'bah. Persisnya, tanggal 12 Rabi’ul Awwal atau bertepatan dengan 29 Agustus 580 Masehi di Makkah. Pendapat ini didasarkan pada sebuah riwayat Imam Ibnu Ishaq dari Sayyidina Ibnu Abbas: "Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12 di malam yang tenang pada bulan Rabi'ul Awwal, Tahun Gajah." 

 

Diriwayatkan bahwa banyak kejadian ajaib dan luar biasa terjadi, baik pada saat-saat sebelum dan sesaat setelah Nabi Muhammad lahir. Pada malam menjelang kelahiran Nabi, pintu-pintu surga dibuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup rapat, ribuan malaikat turun ke bumi, bulan terbelah, bintang-bintang bersinar terang, dan burung-burung yang penuh cahaya memenuhi rumah Sayyidah Aminah—ibunda Nabi Muhammad.

 

Sementara sesaat setelah Nabi Muhammad lahir, jin tidak bisa lagi mengintip berita langit, arsy bergetar hebat, seluruh langit dipenuhi cahaya sehingga menjadi terang, Istana Kisra berguncang begitu dahsyat sehingga menyebabkan 14 balkonnya roboh, api abadi yang disembah umat Majusi padam, Gereja di sekitar Buhaira roboh, dan bahkan Ka’bah juga ikut bergetar selama tiga hari karena bahagia menyambut kehadiran Nabi Muhammad.


Perihal Nama Muhammad
Nabi Muhammad bukan lah pemberian manusia. Ia adalah nama yang disampaikan Allah kepada ibundanya Sayyidah Aminah dan kakeknya Abdul Muthalib melalui malaikat dan isyarat mimpi. Dalam satu riwayat, seperti tercantum dalam al-Sirah al-Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, Sayyidah Aminah didatangi malaikat ketika sedang mengandung. Kepada Sayyidah Aminah, malaikat tersebut menginformasikan bahwa anaknya yang berada dalam kandungan itu adalah pemimpin umat dan meminta agar menamainya Muhammad.

 

Begitu juga dengan sang kakek, Abdul Muthalib. Dia mendapatkan inspirasi nama Muhammad dari mimpinya. Jadi, pada saat cucunya lahir, Abdul Muthalib membawanya ke dalam Ka’bah dan bertawaf. Setelah itu, ia keluar dan melewati kerumunan massa. Mereka kemudian bertanya kepada Abdul Muthalib perihal nama cucunya itu. Maka dijawablah kalau nama cucunya adalah Muhammad. 

 

Orang-orang kembali bertanya mengapa dinamakan Muhammad. Sebuah nama yang terdengar asing di telinga masyarakat Arab pada saat itu. Karena tidak seorang pun dari nenek moyang dan bangsa Arab yang sebelumnya menggunakan nama itu.

 

"Sesungguhnya aku sangat ingin semua penduduk bumi memujinya," jawab Abdul Muthalib. Secara bahasa, Muhammad berarti yang dipuji atau terpuji.


Masa Anak-anak
Nabi Muhammad adalah yatim-piatu sejak kecil. Beliau ditinggal wafat ayahnya—Sayyidina Abdullah- ketika masih di dalam kandungan. Sang ayahanda jatuh sakit dan kemudian wafat dalam perjalanan balik ke Makkah, setelah sebulan berdagang di Syam. Dia kemudian dimakamkan di Madinah.

 

Sementara sang ibunda, Sayyidah Aminah, wafat ketika Nabi Muhammad berusia enam tahun. Merujuk buku Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik (Martin Lings, 2012), Nabi Muhammad hidup bersama sang ibunda selama tiga tahun, atau hingga beliau berusia enam tahun. Saat usia satu hingga tahun, beliau hidup bersama dengan ibu susuannya, Sayyidah Halimah as-Sa’diyah di kampung Bani Sa’d. 

 
Keluarga Arab kota memiliki kebiasaan untuk menitipkan anak mereka yang baru lahir kepada perempuan desa atau gurun untuk disusui. Hal ini dilakukan agar anak mereka terhindar dari penyakit yang ada di wilayah perkotaan, agar anaknya memiliki tubuh yang sehat, dan agar anak-anak mereka fasih dalam berbahasa Arab.


Begitu pun dengan Sayyidah Aminah. Ia menitipkan anaknya, Nabi Muhammad, kepada Halimah as-Sa’diyah beberapa saat setelah melahirkannya. Dengan demikian, Nabi Muhammad menghabiskan masa anak-anaknya—masa balita—di Kampung Bani Sa’d. Kehadiran Nabi Muhammad membawa keberkahan tersendiri bagi Halimah dan keluarganya. Setelah ada Nabi, kehidupan Halimah dan keluarganya menjadi lebih sejahtera karena hewan ternaknya menjadi gemuk-gemuk dan beranak banyak.  


Pada usia enam tahun, Nabi Muhammad kembali hidup dan tinggal bersama sang ibunda. Namun tidak berselang lama, beliau ditinggal wafat yang ibunda. Nabi kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Tidak lama kemudian, kakeknya wafat dan Nabi diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. 


Pada saat usia delapan tahun, Nabi Muhammad mulai bekerja menggembala kambing milik orang kaya Makkah. Disebutkan Nizar Abazhah dalam Bilik-bilik Cinta Muhammad (2018), setidaknya ada tiga alasan mengapa Muhammad kecil akhirnya memutuskan untuk bekerja menggembala kambing. Pertama, membantu meringankan beban ekonomi Abu Thalib. Kedua, Kedua, menggembala kambing tidak butuh modal. Ketiga, Nabi Muhammad senang berada di padang yang luas karena di sana beliau bebas merenungkan segala sesuatu secara mendalam tanpa ada yang mengganggunya. Beliau menjadi penggembala kambing kurang lebih selama empat tahun.


Masa Remaja
Pada saat usia 12 tahun, beliau diajak Abu Thalib untuk ikut dalam kafilah dagang ke Syam. Sejak saat ini, beliau semakin menekuni dunia perdagangan. Hingga suatu ketika seorang saudagar kaya Makkah, Sayyidah Khadijah, membuka lowongan kerja bagi siapa saja untuk menjajakan barang dagangannya. Abu Thalib mendengar hal itu dan kemudian menawarkannya kepada Nabi Muhammad. Beliau menerima tawaran tersebut.

 

Tugas pertama Nabi Muhammad adalah berniaga ke negeri Syam. Beliau ditemani Maisaroh—budak Sayyidah Khadijah—dengan membawa barang dagangannya berupa kain-kain. 

 

Berkat kerja keras, sikap jujur, dan amanah, Nabi Muhammad berhasil menjajakan barang dagangannya. Semuanya laku terjual dan untung banyak. Setelah mendengarkan cerita dari Maisaroh, Sayyidah Khadijah terkesima dengan sikap dan perangai Nabi Muhammad dalam mendagangkan barangnya.  

 

Merujuk buku Muhammad A Trader, Nabi Muhammad sudah menjadi pemimpin kafilah dagang ke luar negeri pada saat usianya baru 17 tahun. Ia berdagang hingga ke 17 negari lebih. Di antaranya Syam, Yordania, Bahrain, Busra, Irak, Yaman, dan lainnya. 

 

Dalam Sirah Nabawiyyah, al-Mubarakfury menjelaskan bahwa Nabi Muhammad menggandeng as-Saib bin Abus-Saib sebagai partner saat awal-awal memulai bisnis. Bagi Nabi, Abus-Saib adalah rekan terbaiknya dalam bisnis. Tidak pernah berselisih dan tidak curang. Demikian biografi Nabi Muhammad dari kelahiran hingga masa remajanya.

 


Penulis: A Muchlishon Rochmat
Editor: Kendi Setiawan