Sirah Nabawiyah

Belajar Adil dan Lurus kepada Khalifah Umar bin Khattab

Sel, 27 Juli 2021 | 01:45 WIB

Belajar Adil dan Lurus kepada Khalifah Umar bin Khattab

Ilustrasi Umar bin Khattab. (Foto: NU Online)

Pada saat Umar bin Khattab menjadi khalifah, yang diangkat menjadi gubernur di Mesir adalah Amr bin Ash. Amr bin Ash, hidupnya lebih mirip kaisar, istananya besar, pakaiannya bagus-bagus. Pikiran yang paling mengganggu Amr bin Ash saat itu adalah di sebelah istananya ini ada sebuah gubuk, reot, kepunyaan orang Yahudi.


Amr bin Ash berencana akan membangun sebuah masjid besar di tempat gubuk tersebut dan otomatis harus menggusur gubuk reot Yahudi itu. Lalu dipanggillah si Yahudi itu untuk diajak diskusi agar gubuk tersebut dibeli dan dibayar dua kali lipat. Akan tetapi si Yahudi tersebut bersikeras tidak mau pindah karena dia tidak punya tempat lain selain di situ. Karena sama-sama bersikeras, akhirnya turun perintah dari Gubernur Amr bin Ash untuk tetap menggusur gubuk tersebut.


Dijelaskan KH Abdurrahman Arroisi dalam salah satu jilid bukunya 30 Kisah Teladan (1989), si Yahudi merasa dilakukan tidak adil, menangis berurai air matanya, kemudian dia melapor kepada khalifah, karena di atas gubernur masih ada yang lebih tinggi. Dia berangkat dari Mesir ke Madinah untuk bertemu dengan Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab.


Sepanjang jalan si Yahudi ini berharap-harap cemas dengan membanding-bandingkan kalau gubernurnya saja istananya begitu mewah, bagaimana lagi istana khalifahnya? Kalau gubernurnya saja galak main gusur apalagi khalifahnya dan saya bukan orang Islam apa ditanggapi jika mengadu?


Sesampai di Madinah, dia bertemu dengan seorang yang sedang tidur-tiduran di bawah pohon kurma. Dia hampiri dan bertanya, bapak tahu di mana Khalifah Umar bin Khattab? Dijawab orang tersebut, ya saya tahu. Di mana istananya? Istananya di atas lumpur, pengawalnya yatim piatu, janda-janda tua, orang miskin, dan orang tidak mampu. 

 


Pakaian kebesarannya malu dan takwa. Si Yahudi tadi malah bingung dan lalu bertanya sekarang orangnya di mana pak? Ya di hadapan tuan sekarang. Gemetar si Yahudi ini keringat bercucuran, dia tidak menyangka bahwa di depannya adalah seorang khalifah yang sangat jauh berbeda dengan gubernurnya di Mesir.


Sayiddina umar bertanya, kamu dari mana dan apa keperluanmu? Yahudi itu cerita panjang lebar tentang kelakuan Gubernur Amr bin Ash yang akan menggusur gubuk reotnya di Mesir sana. Setelah mendengar ceritanya panjang lebar, Sayyidina Umar menyuruh Yahudi tersebut mengambil sepotong tulang unta dari tempat sampah di dekat situ.


Lalu diambil pedangnya kemudian digariskan tulang tersebut lurus dengan ujung pedangnya, dan disuruhnya Yahudi itu untuk memberikannya kepada Gubernur Amr bin Ash. Makin bingung si Yahudi ini dan dia menuruti perintah Khalifah Sayyidina Umar tersebut.


Sesampai di Mesir, Yahudi ini pun langsung menyampaikan pesan Sayyidina Umar dengan memberikan sepotong tulang tadi kepada Gubernur Amr bin Ash. Begitu dikasih tulang, Amr bin Ash melihat ada garis lurus dengan ujung pedang, gemetar dan badannya keluar keringat dingin lalu dia langsung menyuruh kepala proyek untuk membatalkan penggusuran gubuk Yahudi tadi.


Amr bin Ash berkata pada Yahudi itu, ini nasihat pahit buat saya dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab, seolah-olah beliau bilang ‘hai Amr bin Ash, jangan mentang-mentang lagi berkuasa, pada suatu saat kamu akan jadi tulang-tulang seperti ini. Maka mumpung kamu masih hidup dan berkuasa, berlaku lurus dan adillah kamu seperti lurusnya garis di atas tulang ini. Lurus, adil, jangan bengkok, sebab kalau kamu bengkok maka nanti aku yang akan luruskan dengan pedangku.'

 


Singkat cerita, setelah melihat keadilan yang dicontohkan Sayyidina Umar tersebut, akhirnya Yahudi itu menghibahkan gubuknya tadi untuk kepentingan pembangunan masjid, dan dia pun masuk Islam oleh karena keadilan dari Umar bin Khattab.

 

Masjid tersebut pada akhirnya dinamakan Masjid Amr bin Ash. Masjid Amr bin Ash merupakan masjid pertama yang dibangun di Mesir, bahkan di Benua Afrika. Masjid itu didirikan oleh sahabat Rasulullah, Amr bin Ash pada sekitar 641 Masehi atau sekitar tahun 21 Hijriah.


Amr bin Ash berhasil menaklukkan Mesir dari kekuasaan Romawi. Ia kemudian diangkat menjadi Gubernur Mesir pertama. Amr bin Ash terkenal cerdik dan memiliki strategi perang yang ulung. Ia digambarkan sebagai seorang pemberani, mahir berkuda, negosiator ulung, namun juga seorang penyair.


Amr bin Ash diutus ke Mesir pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Ia dipercaya memimpin sekitar 4.000 pasukan untuk melawan pasukan Romawi yang berjumlah sekitar 50 ribuan. Meski kekuatan tidak seimbang Amr bin Ash berhasil membuat pasukan Romawi bertekuk lutut.
 

Penulis: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon