Risalah Redaksi

Menahan Diri dari Keserakahan Mengeksploitasi Alam

Ahad, 11 Agustus 2019 | 04:00 WIB

Betapa manusia hari ini sedemikian rakusnya mengeksploitasi alam. Banyak hewan dan tumbuhan punah karena hutan-hutan ditebangi untuk memenuhi nafsu keserakahannya yang tidak ada habis-habisnya. Sesungguhnya, alam telah banyak berkorban untuk manusia. Kini saatnya manusia menahan diri dengan mencukupkan apa yang ada dan melestarikan alam untuk generasi selanjutnya. Itulah pengorbanan penting yang layak kita lakukan saat ini.
 
Umat Islam selama ini terlalu menekankan ibadah yang sifatnya individual seperti menjalankan beragam shalat dan puasa sunnah, membaca Al-Qur’an, doa-doa dalam berbagai aktivitas, dan lainnya. Tetapi ibadah sosial atau dosa sosial kurang mendapatkan penekanan. Betapa kita melihat orang yang rajin beribadah mahdhah, ternyata tanpa merasa bersalah melanggar norma-norma masyarakat. Menyerobot antrean, membuang sampah sembarangan, menerobos lampu lalu lintas, dan lainnya. Dan termasuk di antaranya mengeksploitasi alam. 
 
Ibadah sosial adalah ibadah yang memiliki dampak kebaikan secara langsung kepada masyarakat luas. Demikian pula dosa sosial.  Menjalankan ibadah sosial dan menghindari dosa sosial inilah yang tampaknya perlu ada peningkatan kesadaran. Hal ini mengingat semakin kompleksnya kehidupan masyarakat akibat perkembangan teknologi. Kejadian di satu negara dengan mudah dikabarkan ke seluruh dunia dan mendapat respon dengan cepat dari wilayah lainnya. Perilaku satu orang atau sekelompok manusia bisa dengan cepat ditiru, yang bisa menghasilkan kebaikan atau keburukan.
 
Ibadah kurban setiap bulan Dzulhijjah merupakan salah satu ibadah sosial. Daging kurban yang dibagikan kepada masyarakat akan memberikan kebahagiaan kepada mereka yang selama ini jarang makan daging dan meningkatkan kualitas gizi yang selama ini mereka konsumsi. Tentu saja, ini merupakan hal yang baik, tetapi tidak lagi cukup. Yang perlu mendapatkan perhatian bersama karena memiliki dampak luas dan berpengaruh jangka panjang kepada seluruh kehidupan salah satunya adalah eksploitasi alam. Dampaknya telah kita rasakan sekarang berupa perubahan iklim. Berbagai bencana telah timbul karena hal ini seperti banjir di satu wilayah dan kekeringan berkepanjangan di wilayah lainnya. 
 
Pembukaan lahan-lahan baru yang sebelumnya menjadi habitat hewan liar menyebabkan terancamnya kepunahan hewan dan tumbuhan endemik di daerah tersebut. Macan tutul di Jawa kini menghadapi kepunahan. Gajah berkonflik dengan manusia yang menyerbu daerah yang sebelumnya menjadi tempatnya mencari makan. Kisah-kisah tentang hewan tertentu yang di ambang kepunahan atau yang sudah punah tak ada habisnya. Beberapa mungkin bisa diselamatkan, tetapi sebagian lainnya mungkin hanya soal waktu saja untuk benar-benar musnah dari muka bumi. 
 
Para pemimpin negara berulang kali berunding untuk menyepakati pembatasan emisi karbon. Namun negara-negara besar saling ngotot untuk mempertahankan posisinya demi berjalannya industri dalam negeri mereka. Para politisi ingin tetap berkuasa dengan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi negaranya, sekalipun hal tersebut harus mengorbankan udara bersih karena industri yang polutif.
 
Iklim di dunia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dibatasi oleh teritori politik. Udara bergerak bebas dari satu kawasan ke kawasan lainnya menurut hukum alam. Air laut bergerak dari satu samudera ke samudera lainnya mengikuti sebuah mekanisme yang telah berjalan. Dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk saling menjaga alam ini. Pelanggaran yang dilakukan di satu wilayah demi keuntungannya sendiri akan menimbulkan efek kerusakan di seluruh permukaan bumi. 
 
Bahkan, perilaku individual kita patut untuk direfleksikan. Betapa jalanan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya dipenuhi oleh mobil-mobil pribadi yang hanya ditumpangi oleh satu atau dua orang, sementara kapasitasnya empat sampai enam orang. Betapa pula banyaknya sampah makanan yang tidak dihabiskan dari pesta-pesta yang diselenggarakan oleh orang-orang kaya, sementara di sisi lain, pemerintah juga kesulitan menyediakan tempat pembuangan dan pemrosesan sampah. 
 
Kelas menengah dengan uang yang dimilikinya merasa berhak membeli apa saja dan memperlakukan sumber daya alam ini sekehendak hatinya. Merasa telah membayar dan kemudian boleh sekehendak hatinya atas barang yang dibelinya. Toh, uang-uangnya sendiri untuk membeli. Dan dengan kekuatan politiknya, menekan para politisi untuk menyediakan dan mempertahankan kenyamanan-kenyamanan yang selama ini mereka nikmati, atau tidak memilihnya lagi. 
 
Ancaman kelestarian alam baru muncul belakangan ini. Penguasaan teknologi mengakibatkan manusia mampu menguasai alam dan mengekploitasinya. Kondisi inilah yang belum ada pada abad ke-6 Masehi ketika Rasulullah hidup. Saat di mana manusia masih sangat tergantung pada alam. Tetapi nafsu dan keserakahan yang menyertai perilaku manusia terhadap alam bisa menghancurkan manusia itu sendiri. Berbagai bencana alam akibat perubahan iklim menjadi salah satu buktinya. Di sinilah ajaran agama memiliki peran menjaga perilaku manusia.
 
Idul Adha, sudah saatnya dimaknai bukan hanya momen berbagi kepada orang-orang yang selama ini terpinggirkan. Berkurban bagi kelompok elit adalah bukan hanya menyembelih hewan kurban, tetapi juga mencukupkan diri atas apa yang mereka nikmati saat ini dengan tidak mengekploitasi alam. Sesungguhnya banyak di antara mereka yang terpinggirkan dan menderita karena keserakahan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang menguasai sumber daya ekonomi, politik, pengetahuan atau lainnya membuat mereka tidak berdaya. (Achmad Mukafi Niam)