Risalah Redaksi

Memastikan Negara Melindungi Warganya dari Teror Corona

Ahad, 8 Maret 2020 | 00:00 WIB

Memastikan Negara Melindungi Warganya dari Teror Corona

Masyarakat pun juga perlu diedukasi agar belajar antisipasi dan menyiapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan.

Kepanikan melanda Indonesia usai Presiden Joko Widodo mengumumkan terdapat dua orang Indonesia yang terkena virus Corona atau Covid-19. Langsung saja harga masker dan cairan pembasuh tangan naik gila-gilaan. Masyarakat menyerbu pusat perbelanjaan untuk menimbun persediaan pangan. Kawasan perumahan tempat tinggal korban menjadi sepi, restoran yang menjadi tempat pertemuan dengan orang Jepang yang menjadi penular corona juga ditutup.

 

Kewaspadaan masyarakat terhadap virus baru yang telah membunuh lebih dari 3.300 orang dari lebih 100 ribu lebih korban ini patut dihargai, namun tindakan berlebihan akan menimbulkan persoalan baru. Apalagi terdapat sebagian orang yang memanfaatkan situasi panik ini untuk keuntungan pribadi seperti penimbunan masker atau adanya pihak-pihak tertentu sengaja membikin hoaks untuk memperkeruh suasana.

 

Dapat dipahami jika masyarakat panik karena jumlah korban jiwa secara terus-menerus bertambah, dan korban area persebarannya semakin meluas ke seluruh penjuru dunia. Tampilan petugas kesehatan yang menggunakan pakaian pelindung seluruh tubuh dalam mengatasi pasien Corona serta gambaran isolasi yang terjadi di Kota Wuhan, China yang menjadi sumber sumber pertama penyebaran virus yang setiap hari ditampilkan oleh berbagai media telah menyebabkan munculnya teror mental yang membuat masyarakat ketakutan.

 

Dalam situasi kepanikan ini, masyarakat membutuhkan keyakinan bahwa negara hadir untuk melindungi mereka. Bahwa negara melakukan hal terbaik untuk memastikan rakyat aman dari penyebaran virus mematikan ini. Sayangnya, harapan publik tersebut kurang mendapatkan respon secara memadai dari pemerintah. Pernyataan yang menggampangkan soal kedaruratan virus tersebut, tidak adanya persiapan yang cukup sebelum datangnya wabah tersebut, tidak adanya pengecekan yang memadai atas masuknya orang asing di bandara internasional di Indonesia, hingga adanya anggapan kurangnya transparansi soal ada atau tidaknya Corona beberapa waktu sebelum secara resmi diumumkan membuat publik ragu terhadap upaya yang dilakukan pemerintah dalam memberi rasa aman yang dibutuhkan.

 

Transparansi pemerintah Korea Selatan yang selalu menginformasikan perkembangan Corona dan upaya pencegahannya dipuji banyak pihak. Daripada menyembunyikan jumlah korban dengan alasan menghindari kepanikan masyarakat, keterbukaan data-data penting yang disertai langkah-langkah sigap membuat publik yakin bahwa pemerintah memastikan keselamatan masyarakat. Langkah pemerintah Singapura yang melakukan sosialisasi secara masif terkait penyakit tersebut serta pembagian masker gratis ke seluruh penduduk membuat masyarakat yakin akan peran yang dijalankan pemerintah. Hal berbeda terjadi di negara-negara lain di mana penyakit tersebut merebak tetapi mereka kurang terbuka atau menganggap enteng. Akhirnya, masyarakat kurang merasa terlindungi dan mau tidak mau mengandalkan kapasitas pribadi yang terbatas. Tindakan-tindakan pribadi dari banyak orang yang tak terkontrol ini menimbulkan gelombang kepanikan.

 

Pendekatan China yang melakukan isolasi sebuah kota dengan penduduk jutaan orang tidak dapat diterapkan di Indonesia yang masyarakatnya lebih terbuka dengan kondisi geografis yang berbeda. Sebagai negara yang terbuka, keterbukaan informasi terkait segala hal yang menyangkut Corona ditunggu oleh masyarakat. Jangan sampai masyarakat termakan hoaks karena tidak adanya informasi yang memadai dari sumber-sumber resmi. Edukasi secara komprehensif kepada publik luas tentang penyakit tersebut, upaya pencegahan, dan ketika terpapar serta gaya hidup sehat secara umum akan membantu masyarakat bagaimana menjaga dirinya. Dengan demikian, masyarakat dapat belajar antisipasi dan menyiapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan.

 

Sekalipun terlambat karena aparat pemerintah baru pada bereaksi setelah diumumkannya penyebaran Corona di Indonesia, minimal hal tersebut dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat. Yang jelas, pola reaktif seperti itu tak seharusnya diulangi lagi. Langkah polisi yang menggrebek beberapa lokasi penimbunan masker dapat mencegah pemanfaatan situasi kacau ini untuk kepentingan pribadi orang-orang tertentu. Upaya memastikan kebutuhan pokok tersedia kapan saja dapat mencegah spekulasi bahan pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat. Sudah seharusnya, para penyebar hoaks mendapatkan ganjaran yang setimpal atas kelakuan mereka. Berbagai rumah sakit pemerintah di daerah dipastikan menyiapkan diri dengan menyediakan ruang isolasi jika kemungkinan ada yang terkena Corona di wilayahnya. Tindakan-tindakan seperti ini membantu masyarakat merasa aman.

 

Kita berharap kolaborasi para ilmuwan yang bekerja di berbagai laboratorirum di seluruh dunia dan pemanfaatan teknologi secara maksimal akan mampu mempercepat penemuan vaksin penangkal virus tersebut. Kerja-kerja mandiri akan memperlambat proses terciptanya pengetahuan yang komprehensif tentang Corona sedangkan kerugian akan terus bertambah selama korban terus berjatuhan dan masyarakat dilanda kekhawatiran.

 

Hal lain, sebagai umat beragama, selain melakukan ikhtiar yang rasional, kita yakin bahwa doa dan upaya spiritual lainnya menjadi salah satu upaya agar terhindar dari penyakit tersebut dan meminta kepada Allah agar segera ditemukan vaksin pencegahnya. Dengan bersandar kepada Allah, kita menjadi yakin bahwa ada kekuatan maha dahsyat yang melindungi kita dari marabahaya. Yang membuat kita tetap tenang dan optimis dalam memandang hidup. Yang akhirnya kita tetap mempu bertahan mengatasi berbagai kesulitan yang mendera. (Achmad Mukafi Niam)