Ramadhan

Tradisi Unik Ramadhan di Seluruh Dunia

Sel, 22 Mei 2018 | 02:00 WIB

Bagi umat Islam, Ramadhan adalah bulan istimewa. Bulan dimana umat Nabi Muhammad saw. menjalankan rukun Islam yang keempat, puasa Ramadhan. Juga bulan dimana peristiwa-peristiwa penting dalam Islam terjadi seperti turunnya Al-Qur’an (nuzul Al-Qur’an), perang Badar, pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah), dan lainnya.  

Sebagai bulan spesial, Muslim di seluruh dunia memiliki berbagai macam perayaan untuk menyambut atau menandai bulan suci Ramadhan. Perayaan-perayaan tersebut sudah mengakar sehingga akhirnya menjadi sebuah tradisi. 

Dihimpun dari berbagai macam sumber, berikut adalah beberapa perayaan unik atau tradisi yang dilakukan Muslim di seluruh dunia saat bulan Ramadhan:

Maroko

Muslim Maroko menandai fajar dengan musik. Menjelang fajar, masyarakat Muslim Maroko berjalan menyusuri jalan-jalan sambil meniup nafar –sejenis alat musik seperti terompet- guna membangunkan saudaranya untuk sahur. Alat ini dipilih masyarakat Muslim sana karena mereka meyakini suara yang ditimbulkan nafar mengandung kejujuran dan empati.  

Tradisi ini berawal sejak abad ke-7 Masehi silam ketika salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. menyusuri jalan pada saat fajar dengan menyanyikan doa-doa merdu. Pada akhir bulan Ramadhan, sahabat tersebut mendapatkan imbalan dari masyarakat karena telah membangunkan yang lainnya untuk sahur.  

Mayoritas penduduk Maroko adalah Muslim. Dari total penduduk Maroko 33,8 juta jiwa, 98,9 persennya adalah Muslim.

Irak

Setelah berbuka puasa bersama-sama, Muslim Irak memainkan sebuah permainan tradisional. Mheibes namanya. Sebagian besar dimainkan oleh pria selama bulan Ramadan, permainan ini melibatkan dua kelompok yang terdiri dari 40 hingga 250 pemain. Para pemain bergantian menyembunyikan Mihbes atau cincin. Sementara, lawan harus menebak dimana cincin tersebut disembunyikan dengan menggunakan bahasa tubuh.

Mereka yang dapat menebak dengan benar dimana cincin itu disembunyikan, maka dia akan diarak seperti pahlawan. Sementara mereka yang salah menebak akan diolok-olok.

Mesir

Orang Mesir sangat bersemangat ketika Ramadhan tiba. Mereka menyambut bulan suci dengan lentera (fanus) yang berwarna-warni. Bagi mereka, lentera yang sulit dibuat itu melambangkan melambangkan kesatuan, sukacita sepanjang Ramadhan, serta simbol harapan untuk menerangi jalan dari kegelapan. Lentera-lentera dengan berbagai macam bentuk itu digantung di seluruh kota; mulai dari kafe, jalan, depan toko, dan rumah-rumah.

Ada banyak cerita tentang sejarah lentera dan Ramadhan di Irak. Salah satunya adalah cerita tentang Khalifah Fatimiyyah Al-Hakim Bi-Amr Billah. Suatu ketika sang khalifah memeriksa bulan untuk menandai awal bulan Ramadhan ditemani anak-anak yang membawa lentera. Pada saat itu, orang-orang senang menunggu sang khalifah berjalan-jalan di jalan Kairo dengan menggunakan lentera. 

Kemudian sang khalifah terpikat dengan gagasan lentera yang dinyalakan di jalan-jalan. Ia memerintahkan semua Imam Masjid di Mesir untuk menggantung lentera yang bisa dinyalakan dengan lilin saat terbenamnya matahari sebagai tanda waktu berbuka puasa dan untuk mencerahkan jalanan.

Turki

Di Turki juga ada tradisi membangunkan sahur. Lebih dari dua ribu pemukul drum (drummer) akan berkeliaran di jalan-jalan Turki menjelang fajar guna membangunkan saudaranya untuk sahur. Tidak hanya itu, mereka juga memukul drumnya pada saat matahari terbenam sebagai tanda waktu buka puasa telah tiba.

Baru-baru ini pemerintah Turki telah memberikan sebuah kartu khusus untuk para pemukul drum sebagai upaya untuk mengapresiasi mereka. Hal ini juga dimaksudkan untuk mendorong generasi muda untuk menjaga tradisi ini, terutama di kota-kota metropolitan.

Pakistan

Setelah berbuka puasa, perempuan-perempuan Pakistan pergi ke pasar membeli gelang berwarna-warni dan melukis tangan serta kaki mereka dengan pola yang rumit. Menyambut wanita Pakistan berduyun-duyun ke pasar, para penjaga toko menghias toko mereka. Mereka membuka toko-tokonya hingga larut malam.  

Indonesia

Masyarakat Muslim Indonesia juga ada tradisi membangunkan orang untuk sahur. Akan tetapi Muslim Indonesia tidak menggunakan terompet (nafar) seperti di Maroko atau drum seperti di Turki. Biasanya Muslim di Indonesia menggunakan peralatan seadanya –seperti galon air kosong, botol, bambu, dan lainnya- untuk membangunkan sahur.

Pada akhir bulan Ramadhan atau malam Idul Fitri, masyarakat Muslim Indonesia menggelar takbir keliling. Biasanya anak-anak, pemuda, hingga orang tua akan berkeliling di jalan-jalan dengan berjalan kaki, berkendara motor atau mobil bak terbuka dengan mengumandangkan takbir. Dalam iring-iringan takbir keliling, biasanya dilengkapi juga dengan lampion atau maskot seperti replika masjid atau sesuatu yang bertemakan islami lainnya. (Muchlishon)