Ramadhan

Kultum Ramadhan: Kurangi Scrolling, Maksimalkan Ramadhan dengan Hal Penting

NU Online  ·  Kamis, 6 Maret 2025 | 15:00 WIB

Kultum Ramadhan: Kurangi Scrolling, Maksimalkan Ramadhan dengan Hal Penting

Scrolling. (Foto: NU Online/Freepik)

Bulan Ramadhan adalah anugerah besar dan nikmat agung bagi umat Nabi Muhammad SAW. Bulan suci ini memiliki keutamaan dan hikmah yang luar biasa bagi mereka yang dengan ikhlas menjalankan ibadah puasa serta ibadah-ibadah lainnya.


Di bulan Ramadhan, pahala ibadah dilipatgandakan, pintu surga dibuka selebar-lebarnya, pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, setan-setan dibelenggu. Keistimewaan lain dari bulan suci ini adalah adanya satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam lailatul qadar


Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:


أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ


Artinya: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; pada bulan ini terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia terhalang mendapat sesuatu yang besar.” (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)


Betapa banyak anugerah yang diberikan Allah SWT di Bulan Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW bersabda:


لَوْ تَعْلَمُ أُمَّتِي مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّوا أَنْ تَكُوْنَ السَّنَةُ كُلُّهَا رَمَضَانَ


Artinya: “Andaikata umatku mengetahui keutamaan di dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan sepanjang tahun menjadi bulan Ramadhan.” (HR. Ibnu Abi Dunya)


Maka dari itu, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk memperbanyak amal ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.  


Namun, di era digital ini, salah satu tantangan terbesar yang menghalangi kita dari memaksimalkan ibadah adalah distraksi digital. Kebiasaan scrolling media sosial yang berlebihan saat ini sering kali menyita waktu berharga yang seharusnya bisa digunakan untuk beribadah.


Berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk sekedar melihat status, video singkat, atau berita yang kurang bermanfaat? Padahal, seharusnya di bulan Ramadhan kita fokus menjalani ibadah puasa, melakukan hal-hal penting dan memperbanyak amal kebaikan, serta mengurangi hal-hal yang tidak memiliki manfaat. 


Sayyid Abdullah Al-Haddad menjelaskan bahwa sebaiknya umat Islam tidak terlalu sibuk dengan urusan dunia di bulan Ramadhan. Sebaliknya, mereka dianjurkan untuk lebih memfokuskan diri untuk beribadah. Beliau berkata:


وَمِنْ آدَابِهِ أَنْ لَا يُكْثِرَ التَّشَاغُلَ بِأُمُورِ الدُّنْيَا فِي شَهْرِ رَمَضَانَ بَلْ يَتَفَرَّغُ عَنْهَا لِعِبَادَةِ اللَّهِ وَذِكْرِهِ مَا أَمْكَنَهُ وَلَا يَدْخُلُ فِي شَيْءٍ مِنْ أَشْغَالِ الدُّنْيَا إِلَّا إِنْ كَانَ ضَرُورِيًّا فِي حَقِّهِ أَوْ حَقِّ مَنْ يُلْزِمُهُ الْقِيَامُ بِهِ مِنَ الْعِيَالِ وَنَحْوِهِ، وَذَٰلِكَ لِأَنَّ شَهْرَ رَمَضَانَ فِي الشُّهُورِ بِمَنْزِلَةِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِي الْأَيَّامِ فَيَنْبَغِي لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَجْعَلَ يَوْمَ جُمُعَتِهِ وَشَهْرَهُ هَذَا لِآخِرَتِهِ خُصُوصًا


Artinya: “Di antara adab yang dianjurkan adalah tidak terlalu sibuk dengan urusan dunia di bulan Ramadhan, tetapi sebaiknya mengosongkan diri untuk beribadah kepada Allah dan banyak mengingat-Nya sebisa mungkin. Janganlah terlibat dalam pekerjaan duniawi kecuali jika itu benar-benar diperlukan bagi dirinya sendiri atau bagi orang-orang yang menjadi tanggungannya, seperti keluarga dan sebagainya.” (Sayyid Abdullah Al-Hadda, Nashaihud Diniyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 2015], halaman 173)


Hal ini karena bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lain ibarat hari Jumat di antara hari-hari dalam sepekan. Oleh karena itu, seorang mukmin seharusnya menjadikan hari Jumatnya dan bulan Ramadhannya sebagai kesempatan untuk lebih fokus pada akhirat, terutama di waktu-waktu yang istimewa ini."


Oleh karena itu, mari kita mengurangi scrolling berlebihan di bulan Ramadhan. Banyak dari kita merasa tidak sempat membaca Al-Qur’an, shalat sunnah, atau berdzikir, tetapi jika melihat ponsel, waktu berjam-jam bisa berlalu tanpa terasa. Padahal, waktu kita sangat berharga terutama di bulan Ramadhan. Pembatasan penggunaan media sosial sangatlah penting demi menjaga kefokusan beribadah. 


Rasulullah SAW menegaskan bahwa waktu adalah salah satu nikmat yang sering manusia tertipu:


نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ 


Artinya: “Ada dua kenikmatan di mana banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang.” (HR. Bukhari)


Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan agar mengurangi kebiasaan scrolling berlebihan dan lebih fokus beribadah:

  1. Buat target ibadah, tentukan target harian seperti jumlah halaman Al-Qur’an yang dibaca, jumlah rakaat shalat sunnah, atau jumlah sedekah yang diberikan. Dengan target yang jelas, kita lebih terarah dalam mengisi waktu.
  2. Batasi Penggunaan media sosial, batasi penggunaan media sosial hanya 30 menit per hari. Gunakan teknologi seperlunya, bukan sepuasnya.
  3. Gantilah dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Ketika ada dorongan untuk membuka ponsel, alihkan perhatian dengan aktivitas ibadah seperti menghafal Al-Qur’an, berzikir dan lainnya.
  4. Letakkan ponsel di tempat yang sulit dijangkau. Ketika akan beribadah, letakkan ponsel di tempat yang tidak mudah dijangkau agar tidak tergoda untuk membukanya.


Mengisi bulan Ramadhan dengan ibadah dan kebaikan adalah bentuk syukur atas nikmat besar yang Allah SWT berikan kepada kita. Dengan mengurangi distraksi digital dan lebih fokus pada ibadah, kita bisa meraih keberkahan yang melimpah serta menjadikan Ramadhan sebagai momentum peningkatan spiritual yang nyata. 


Jangan sampai kita melewatkan kesempatan emas ini hanya karena kebiasaan yang kurang bermanfaat. Mari manfaatkan setiap detik Ramadhan dengan amal shaleh yang mendekatkan kita kepada Allah. Wallahu a’lam


Ustadz Bushiri, Pengajar di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan Madura