Buku Menyegarkan Peradaban: Upaya Reorientasi Pendidikan di Nusantara
Ahad, 18 Februari 2024 | 08:00 WIB
M Ryan Romadhon
Kolomnis
Pendidikan merupakan pilar bangsa. Melalui pendidikan suatu bangsa akan tegak dan mampu menjaga martabatnya. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tertulis cita-cita bangsa Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Cita-cita itu menjadi falsafah atas terselenggaranya proses pendidikan di Indonesia.
Memiliki payung hukum berasaskan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dapat dijalankan dengan memegang beberapa prinsip, yaitu pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, serta kemajemukan bangsa dengan satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
Pada Pasal 3 disebutkan:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Bila mengacu pada fungsi pendidikan tersebut, maka implementasi pendidikan di negeri ini masih sangat jauh dari kondisi ideal. Realita menjawab, masih banyak para peserta didik yang hanya mengejar nilai dan berkonotasi pada ijazah.
Begitu pula para pendidik dan lembaga pendidikan hampir sebagian besar masih memikirkan bagaimana sekolahnya bisa menjadi yang terbaik berdasarkan prestasi yang diukur dengan angka saja, bukan nilai spiritual, nilai etika atau bahkan moral siswanya.
Melihat orientasi pendidikan yang realitanya masih berkonotasi pada penilaian prestasi secara numerik dan akademik semacam itu, sudah saatnya sistem yang ada berbenah dengan serius dan konsisten.
Fenomena kemerosotan tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut yang pada hakikatnya dapat menggerus citra dan kualitas bangsa ke depannya. Semua elemen bangsa harus bertanggung jawab dengan cara berkolaborasi dalam mengembalikan konsep dan implementasi pendidikan. Mengembalikan orientasi pendidikan pada koridor yang sebenarnya.
Beberapa buku, jurnal penelitian, dan beberapa literatur lain yang telah beredar sering kali masih memisahkan antara konsepsi ilmu pengetahuan, metodologi pendidikan, dan interpretasi dakwah.
Berkaitan dengan upaya itu, Pondok Pesantren Lirboyo melalui Wisudawan Mahasantri Ma’had Aly 2020-2021 menerbitkan buku dengan tema integrasi antara ilmu pengetahuan, pendidikan, dan dakwah yang berjudul, “Menyegarkan Peradaban: Upaya Mengembalikan Orientasi Pendidikan Nusantara”.
Isi Buku Menyegarkan Peradaban
Sistematika buku ini terdiri dari beberapa bagian yang di dalamnya terdapat beberapa judul.
Pada Bagian Pertama, buku ini berisi pendahuluan. Lalu, pada Bagian Kedua, buku ini akan mengurai tentang manusia dan ilmu pengetahuan, sebuah akar sejarah penciptaan manusia sebagai makhluk pendidikan dengan bekal ilmu pengetahuan.
Dimulai dari kisah penciptaan Nabi Adam as–sebagai manusia pertama yang diciptakan dalam membangun peradaban melalui pendidikan yang diterimanya–sejak ketika masih di surga dan setelah diturunkan ke bumi, yang secara tidak langsung memberikan gambaran bagaimana Allah mendidik hamba-Nya.
Di satu sisi, pendidikan yang diberikan Allah kepada Nabi Adam as telah melahirkan konsepsi ta'lim dan tadris, ta'dib, bahkan tarbiyah.
Kemudian pada Bagian Ketiga, buku akan mengurai pendidikan dari kultur peradaban Nusantara yang dibahas menggunakan metodologi pendidikan Islam. Meskipun secara kelembagaan pendidikan dapat terstruktur dan sistematik sejak abad ke-20, namun akar pendidikan di Nusantara telah ada jauh sejak dulu.
Alur pada bagian ketiga ini disajikan secara berurutan mulai dari sejarah pendidikan pada masa Kapitayan, Hindu-Budha, Islam, masa penjajahan hingga pasca kemerdekaan dan pengukuhan sistem pendidikan nasional di Indonesia.
Selain itu, penguatan pendidikan juga dibahas pada bab ini dengan menampilkan peran keluarga dan masyarakat.
Selanjutnya, pada Bagian Keempat, buku ini akan mengurai integrasi antara ilmu dan amal sebagai tujuan utama pendidikan. Di sini, akan ditemukan bagaimana seharusnya orientasi dan buah implementasi dari sebuah pendidikan, baik secara proses maupun kelembagaan.
Ppembahasan terakhir, atau Bagian Kelima, buku mengurai dimensi dakwah sebagai titik temu antara pendidikan dan penerapannya. Bagaimana dakwah sebagai upaya penyebaran ilmu (nasyr ul 'ilmi) mengepakkan sayapnya pada ranah dakwah.
Prinsip, metodologi, relasi akan dijelaskan secara detail sebagai upaya menguatkan peran dakwah dalam usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan membangun peradaban bangsa.
Kelebihan Buku Menyegarkan Peradaban
Kelebihan buku salah satunya adalah dalam memberikan wacana menarik dengan sudut pandang yang unik dalam menyelaraskan ide-ide pendidikan dan dakwah ulama salaf terhadap realita bangsa.
Selain itu, alur periodisasi sejarah yang disajikan tentunya juga memberikan nilai lebih tersendiri dalam buku ini.
Di samping itu, selain fakta realita di lapangan, dalam buku ini, teks-teks keagamaan (dalil) juga turut disertakan dalam memperkuat teori pendidikan dan dakwah yang diusung.
Harapannya, buku ini dapat menjadi salah satu acuan dalam membuat aturan-aturan bagi setiap lembaga pendidikan di Indonesia yang dapat memberikan solusi atas krisis moral dan spiritual yang dialami bangsa kita.
Identitas Buku
Judul Buku: Menyegarkan Peradaban: Upaya Mengembalikan Orientasi Pendidikan Nusantara
Penulis: Tim Pembukuan FOKUS (Forum Kajian Santri Nusantara) Wisudawan Mahasantri Ma’had Aly Lirboyo, Tahun Akademik 2020-2021
Tahun: Cetakan II, Mei 2023 M
Penerbit: Lirboyo Press
Tebal: xxxii + 270 hlm
ISBN: 978-602-5743-41-2
M Ryan Romadhon, Alumni Ma'had Aly Al-Iman Bulus Purworejo
Terpopuler
1
PBNU Tunjuk Ali Masykur Musa Jadi Ketua Pelaksana Kongres JATMAN 2024
2
Ulama Sufi Dunia Syekh Muhammad Hisham Kabbani Wafat dalam Usia 79 Tahun
3
GP Ansor DIY Angkat Penjual Es Teh Sunhaji Jadi Anggota Kehormatan Banser
4
Ricuh Aksi Free West Papua, PWNU DIY Imbau Nahdliyin Tetap Tenang dan Tak Terprovokasi
5
Khutbah Jumat: Meraih Keselamatan Akhirat dengan Meninggalkan 6 Perkara
6
GP Ansor Jatim Ingin Berangkatkan Umrah Bapak Penjual Es Teh yang Viral dalam Pengajian Gus Miftah
Terkini
Lihat Semua