Puisi

Pertemuan di Tengah Hujan

NU Online  ·  Ahad, 18 Desember 2016 | 02:01 WIB

Oleh Ribut Achwandi

bagaimana jika datang padamu
lelaki penuh kelembutan cinta
memeluk dan mendekapmu erat
di tengah hawa dingin yang gigil
tubuhmu basah oleh tempias air hujan
di emperan pertokoan dini hari
lalu, berkata ia padamu

'wahai, engkau yang kedinginan
di telanjangi oleh hujan,
akan sampai berapa lama lagi
waktu kau butuhkan berkelana
tiada arah tujuan pasti,
sementara telah dititipkan kepadaku
risalah-Nya sebagai cahaya penuntun
yang memberimu kehangatan kala kedinginan
memberimu kesejukan kala panas mendera
juga membuatmu tiada kesepian
dan memberimu kelegaan di setiap tempat?
akankah kau biarkan dirimu terluka
sekalipun tiada engkau sadari
derita yang menggores luka batinmu
adalah buah perbuatanmu,
gelap pandangmu tiada lain
tersebab oleh cahaya batinmu
yang terus engkau padamkan,
pun sesalmu adalah penghambaanmu
kepada segala macam keinginan.
padahal, keinginan tiada bisa menjawab
bahkan dirinya sendiri.
akankah kau biarkan airmataku ini
menderas menganak sungai hanya untukmu?
tidak wahai lelaki malang berjubah kelam,
jangan sampai Tuhan sendiri yang melakukan
menghukummu tiada ampunan.
sungguh, tiada tega aku menyaksikan
penyiksaan yang teramat menimpamu.
kembalilah, wahai lelaki berwajah murung.
kembali. janganlah tanya lagi,
jalan itu lapang dan benderang.
mengapa masih engkau pilihkan
untuk dirimu sendiri, jalan gelap berduri?'

lelaki yang diterangi cahaya cinta itu
sejenak terdiam, menyaksikan hujan.
lalu, kembali dalam-dalam menatapmu,
dengan lirih ia berucap:

'bersediakah engkau mengusap airmataku ini?'

Pekalongan 12 Desember 2016

Terkait

Puisi Lainnya

Lihat Semua