Oleh Robiatul Adawiyah
Malam-malamku, melukis dengan puisi
Kuhantarkan kalimat-kalimat penuh nadi
Di gerbang usia ini
Kurengkuh engkau dalam kemesraan
Doa-doaku tak belum berhenti dengan Aamiin
Ingin luruh mesra dipeluk-Mu
Kutitip kemesraan ini di sebait puisi yang tak pernah mencukupi dan memenuhi taman-taman puisi cinta
Air mataku mengalir deras
Melihat cadasnya hatiku
Melihat karang tajamnya nuraniku
Ampuni aku.
Kepingan air mataku membatu di sajadah lusuh ini
Menggores cerita hina seorang hamba yang sering tak tahu diri
Entah sudah detik ke berapakah hati tenggelam dalam magma keangkuhan diri
Tak sanggup ku menghitungnya lagi
Jubah kabir-Mu tlah lama terhapus dari hati ini.
Terhanyut dalam nikmat dunia yang menjeruji
Ku ingin lari berpaling dari semua ini
Di sisa-sisa napas yang masih tersisa ini
Dam kuatkanlah tapak-tapak penatku
Agar belenggu ini terlepas bebas
Hantarkan jiwaku terbang menuju langit maha luas.
Jakarta, 26 Juni 2016
Penulis adalah aktivis PMII STAI Az-Ziyadah, Jakarta, bergiat di Omah Aksoro
Terpopuler
1
5 Poin Maklumat PCNU Pati Jelang Aksi 13 Agustus 2025 Esok
2
Harlah Ke-81 Gus Mus, Ketua PBNU: Sosok Guru Bangsa yang Meneladankan
3
Innalillahi, A'wan Syuriyah PWNU Jabar KH Awan Sanusi Wafat
4
Jumlah Santri Menurun: Alarm Pudarnya Pesona Pesantren?
5
RMINU Jakarta Komitmen Bentuk Kader Antitawuran dengan Penguatan Karakter
6
Nusron Wahid Klarifikasi soal Isu Kepemilikan Tanah, Petani Desak Pemerintah Laksanakan Reforma Agraria
Terkini
Lihat Semua