Puisi BAGUS ALIF FIRMANSYAH

Gubuk Senja

NU Online  ·  Jumat, 1 November 2013 | 20:19 WIB

Gubuk Senja 18.30
Tak ada yang beda semenjak kau sapa aku di bilik kumuh ujung gang itu
Semut dan laba-laba menari di ujung ubunku,
Lalu kau tunjukkan aku bahwa serangga di sela dinding itu tidak Satu.
Berkerumun,
Untuk kemudian sepersekian detik menyambut dengan senyum merdu
“Maka itulah Kau, mereka dan aku,” dia bilang<>

Gubuk Senja 20.25
Ya… setelah perbincangan lama dan tak ada yang istimewa
Semua seperti kereta Matarmaja,
Surabaya –Jakarta dilalui dengan murah dan begitu saja
Aku, Mereka dan kau belum Nampak bermakna
Entah itu diterjemahkan dalam siluet ataupun sastra
Yang pasti dalam goresanya tak Nampak garis indah

Gubuk Senja 22.00
Aku mulai lelah…
Sudah berapa kosa kata, aku tak menghitungnya
Yang pasti semua tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Atau bahkan Wikipedia
Dan semut serta laba-laba itu masih asyik melanjutkan tarianya
Sepertinya tiga setengah jam hidup ini tidaklah indah

Gubuk Senja Hari berikutnya
Masih di bilik riuh dengan semut dan laba-labanya
Tetap dengan wajah ragu
Namun  semut itu berbaris rapi bak serdadu empat lima
Dan laba-laba itu membentuk garis indah dengan sarangnya
Bilik kumuh layaknya karnaval perayaan hari jadi kota
Setidaknya dua serangga itu mulai menendang kerut keningku
Tak cukup lama untuk tiga setengah jam yang terkesan indah

Gubuk senja dan seterusnya
Tak hanya karnaval yang ditampilkan
Atau Matarmaja melintas begitu saja
Tapi semut itu berbaris di sarang laba-laba
Kemudian membentuk koreo indah
Agar mereka tetap berjuang bersama
Atas angin, hujan, api atau bahkan terjangan anyaman ijuk
Agar sarang mereka tetap tidaklah goyah
Dan mereka setia ketika ada gula atau saat lengan patah

Setidaknya di Gubuk Senja inilah kita bercerita
Kemudian aku bukan hanya kau dan mereka
Tapi “Kita”

27 Oktober 2013

Terkait

Puisi Lainnya

Lihat Semua