Di batas Terang Cahaya Lilin
Melayang
Semakin meninggi
Terbawa angin
Menuju langit terjauh, ditenggelamkan sinar bulan<>
Di batas terang cahaya lilin . . .
Tertegun menyembah maha hadir
Tersungkur sujud yang semakin dalam
Rengekan dari mulutku, Rabbi
Ribuan kali memanggil-manggil namamu
Kosong melompong . . .
Tak ada tubuh dalam diriku, aku tak bertubuh
Tak ada pikiran dalam otakku, aku tak berotak
Tak ada rasa dalam hatiku, aku mati rasa
Aku berpakaian terasa tertelanjangi
Aku bernafas terasa tertahan
Aku merdeka terasa terkepung
Ya, aku ditelanjangi, ditahan, dikepung dosa-dosa
Dosa yang semakin bertumpuk
Rabbi! Rabbi! Rabbi!
Malam semakin mengembun saja
Kutawar adanya pagi, gulita tak kunjung berganti rupanya
Ah sudahlah!
Biarkan zikirku sejenak merayap
Merasuk, menguak, membelah
Akan kutuliskan kerinduan dalam sisa terang cahaya lilin
Akan kupintal do’a-do’a di tengah kehadiranmu dalam raga
Di batas terang cahaya lilin. . .
Tengadah tanganku menjulang tinggi
Mata terpejam
Helaan nafas bersahutan seirama nyanyian dzikir
Dalam luapan dzikir yang semakin bergairah
Layaknya aku menjadi juliet hanya milik romeo
Aku menjadi hawa hanya milik adam
Aku menjadi laila hanya milik majnun
Dan aku hanya menjadi milikmu, selamanya
Terpopuler
1
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
2
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
3
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
4
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
5
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
6
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
Terkini
Lihat Semua