Restorasi Spirit Persaudaraan Antar Golongan
Oleh Fathorrahman Hasbul*
Seluruh umat manusia, setidaknya harus membuka kembali file-file lama untuk memperingati hari Imlek. Hari Imlek merupakan momentum sentral bagi warga negara untuk bernostalgia merajut kebersamaan di ranah perbedaan. Tahun baru Imlek bagi penganut Khonghucu merupakan hari raya keagamaan yang sangat penting, sakral, dan bermakna. karena tahun ini, bagi masyarakat Konghucu menyiratkan makna penting yakni semangat bersyukur kepada Tuhan, semangat memperbaharui diri, kekeluargaan serta kebersamaan.
Jika membuka kembali lipatan sejarah Indonesia, Imlek secara nasional pertama kali diprakarsai oleh Matakin (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia) dan diklaim sebagai hari raya agama Khonghucu. Penetapan Imlek sebagai hari raya dikarenakan adanya pengakuan Khonghucu sebagai salah satu agama yang diakui di Indonesia (sesuai dengan sikap PBB terhadap agama Khonghucu atau Confucianism) dan sejarah di Indonesia membuktikan bahwa di antara organisasi-organisasi Tionghoa yang lainnya memang perlu diakui secara jujur dan terbuka, bahwa Matakinlah pionir dengan bantuan (alm) KH Abdurrahman Wahid dan beberapa tokoh agama lainnya yang sejak dahulu paling konsisten memperjuangkan persamaan hak-hak etnis Tionghoa dan agama Khonghucu pada khususnya walaupun dalam kukungan dan intimidasi rezim orde baru yang sangat diskriminatif kala itu.
Selasa, 9 Februari 2010 | 07:41 WIB