Terapkan Ujian Terbuka untuk Calon Mutakharijin
NU Online · Senin, 9 Juli 2012 | 22:30 WIB
Duapuluh tahun bukanlah waktu singkat untuk 'menjaga' sebuah pondok pesantren, mengingat lembaga pendidikan agama tertua itu selalu diidentikkan dengan ketertinggalan dan stigma negatif lainnya. Namun Pondok Pesantren Ath Thohiriyyah, Parakan Onje, Kedungbanteng, Banyumas terus berinovasi menyesuaikan zaman, dengan tetap menjaga tradisi dan kualitas alumni (mutakharijin).<>
"Konsepnya jelas, menjaga hal baik (tradisi) warisan ulama dan terbuka dengan hal-hal baru yang lebih baik. Al muhafazdatu 'alal qadimi shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah," kata pengasuh Pesantren, KH Thoha Alawiy Al Hafidz.
Dalam perkembangannya, pesantren yang awalnya fokus dengan pendidikan Al-Qur’an itu terus berbenah dan mengembangkan diri. Di antaranya, mengembangkan model pembelajaran madrasah diniyyah (Madin) dengan spesifikasi keilmuan tenaga pengajar (ustadz) dipertanggungjawabkan.
"Dewasa ini, asatidz (dewan guru) beberapa bahkan melibatkan dosen STAIN Purwokerto. Ini juga bagian dari kerjasama dengan lembaga yang peduli pesantren," tambah ulama ahli Al-Qur’an Banyumas yang karib disapa Abuya tersebut.
Ujian kelulusan terbaru, Madin juga menerapkan sistem “munaqasyah” atau ujian terbuka, untuk santri kelas akhir. Secara teknis, santri akan diminta membaca kitab kuning, kemudian menjawab pertanyaan dari tim penguji dari Dewan Asatidz.
"Munaqasyah, menjadi ajang pembuktian sekaligus evaluasi. Sejauh mana hasil belajar santri dan ustadz. Sekaligus pemanasan untuk santri sebelum terjun ke masyarakat yang multi dinamika," ujar Kepala Madin, Ustadz Rachmat.
Santri di Ath Thohiriyyah beberapa di antaranya juga tercatat sebagai siswa dan mahasiswa. Mengingat, lokasi pesantren yang cukup strategis, tidak di tengah kota, juga bukan di pelosok pedesaan. Ada siswa SMAN 3 Purwokerto, MAN 1 dan 2, SMAN 5, SMAN 4, hingga mahasiswa STAIN Purwokerto, Unwiku, STIMIK Amikom dan Unsoed dan lainnya.
Dosen STAIN yang juga Ustadz Madin, Dr Ridwan MAg mengakui Ath Thohiriyyah terus bermetamorfosis. Termasuk dalam hal perkembangan keilmuan. Aneka kegiatan seperti studi banding, pelatihan dan kerjasama dengan lembaga di luar pesantren juga terus dikembangkan.
"Bertahan hingga sekarang dan cenderung berkembang, tentu menjadi bukti, bahwa pesantren Ath Thohiriyyah terus menjawab tantangan zaman. Menjaga tradisi, sekaligus tetap berupaya meningkatkan kualitas," kata pria yang juga Ketua Lakpesdam NU Banyumas.
Saat ini, ada sekitar 200 santri putra-putri yang diasuh Abuya. Infrastuktur, lokal penginapan santri terus ditambah. Masjid di kompleks pesantren dalam tahap rehab. Di luar pesantren, beberapa santri penghafal Al Quran (hafidz dan hafidzah) juga mengukir prestasi, mendapat beasiswa hingga menjuarai lomba.
Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis : Rujito
Keterangan Foto:
Seorang santri menjalani ujian munaqasyah di aula Madrasah Diniyyah Ath Thohiriyyah
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua