Santri Cilegon Minta Walikota Tutup Sarang Maksiat

Cilegon, NU Online
Ratusan santri dari berbagai pondok pesantren di Kota Cilegon berbondong-bondong ujuk rasa mendatangi Hotel dan Restoran Grand Krakatau di kawasan jalan protokol, Kelurahan Sukmajaya, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, Kamis (21/3) kemarin.<>

Para santri yang tergabung dalam Himpunan Santri Cilegon (HSC) meminta Wali Kota Cilegon segera menutup tempat hiburan malam yang ada di Kota Cilegon, karena diduga telah menjadi sarang maksiat.

Dalam aksinya selain para santri juga beberapa ulama sempat menyampaikan orasinya di hadapan para santri. Dalam orasinya para ulama yang juga pengasuh pondok pesantren itu, meminta wali kota segera menutup tempat-tempat hiburan malam yang ada di daerah ini. Pasalnya, selain melanggar aturan Perda No.2 tahun 2003, tempat huburan malam tersebut, diduga telah menjadi tempat maksiat.

“Kami meminta kepada wali kota untuk bertindak tegas menutup tempat hiburan malam,” kata Ustadz Alimudin, Koordinator Aksi.

Alimudin menerangkan, kemarin, bersamaan dengan kedatangan para santri tersebut, pihak pengelola hotel Grand Krakatau langsung menutup pintu hotel dan restorannya. HSC menyerukan kepada semua pihak untuk bersama-sama memberantas kemaksiatan yang jelas-jelas telah mencoreng Kota Cilegon, yang telah menyandang citra sebagai kota santri. 

“HSC secara tegas menyatakan dukungannya kepada PCNU (Pengurus Cabang Nahdatul Ulama) yang telah mendorong penutupan tempat hiburan dan warung remang-remang,” jelasnya kepada NU Online, Jumat (22/3).  

Unjuk rasa para santri tersebut, berlangsung aman dengan pengawalan puluhan aparat keamanan Polres Cilegon, dibantu TNI. Setelah sekitar satu jam berunjuk rasa para santri meninggalkan tempat. Kemudian mereka mendatangi kantor PCNU untuk menyampaikan dukungannya.


Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Chandra Zaini