Pesantren

Pesantren Perlu Kembangkan Tradisi Kepenulisan

NU Online  ·  Ahad, 31 Maret 2013 | 03:02 WIB

Kudus, NU Online
Sudah waktunya pesantren mengembangkan tradisi kepenulisan sebagai metode belajar dan dakwah berbasis karya. Dengan demikian, santri sebagai anak didik pesantren akan mengalami proses kreatif-intelektual yang mampu berpikir, menganalisa dan menuangkannya dalam tulisan.<>

Demikian disampaikan penulis muda jebolan Pesantren Darul Falah Kudus Widi Muryono dalam acara Latihan Dasar Jurnalistik (LDJ) yang diadakan MA NU Nurussalam Besito Gebog Kudus, Jum’at (29/3).

Ia mengatakan pesantren yang mengembangkan keilmuan dan dakwah sejauh ini masih terkungkung dalam tradisi lisan atau wicara. Aktifitas  ilmiah banyak dilakukan dengan kemasan lisan seperti sorogan, bandongan,musyawarah dan muhafadzoh.

“Budaya menulis di kalanganpesantren baru  sebagian kecil saja yang sudah mengenalkan dan mengembangkannya.”ujar Widi,sapaan akrabnya. 

Mantan aktifis pers Paradigma STAIN Kudus ini menandaskan pesantren  perlu menengok dunia luar bahwa pergumulan bahkan pertarungan wacana bukan saja dengan tradisi lesan  melainkan tradisi tulis.

“Tulisan menyuguhkan wacana yang lebih kuat dibanding lisan. Ia memiliki masif dan tidak sekali pakai.” terangnya.

Widi mengusulkan pesantren perlu mencoba gaya belajar berbasis kepenulisan. Santri tidak hanya dituntut untuk membawakan pidato-pidato atau berdebat seperti dalam forum bahtsulmasail. Tetapi santri harus mampu membuat apa yang ia hafalkan, yang diperbincangkan di forum musyawarahmenjadi tulisan.

“Jadi membangun tradisi kepenulisan di pesantren butuh sedikit keberanian,”imbuhnya di depan 43  peserta LDJ yang semuanya siswa-siswi MA NU Nurussalam Kudus.




Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Qomarul Adib

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua