Pesantren Nurul Islam Tradisikan Kesenian Sejak Dini
NU Online · Selasa, 2 Juli 2013 | 10:00 WIB
Probolinggo, NU Online
Pesantren Nurul Islam terletak di Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Berjarak sekitar 3 kilometer ke arah selatan dari pusat pemerintahan Kecamatan Sumberasih tidak membuat pesantren ini tertinggal.
<>
Pesantren Nurul Islam berdiri di bawah naungan Yayasan Nurul Islam. Pesantren ini diasuh oleh KH. Ahmad Hisyam. Saat ini pesantren yang didirikan 50 tahun lalu itu mengasuh 350 santri.
Sekretaris Yayasan Nurul Islam KH. Misbahul Munir mengatakan untuk menjawab tantangan masa depan, maka pesantreannya didesain sebagi pesantren moderat. Yaitu, pesantren yang tetap berpegang teguh pada kehidupan masa lalu yang baik. Namun, terus berkarya menciptakan tradisi baru yang belum pernah dilakukan.
“Salah satunya membentuk grup drum band sebagai fasilitas unggulan. Itu upaya untuk mentradisikan kesenian sejak dini,” ujar Kiai Misbahul Munir kepada NU Online, Senin (1/7).
Drum band itu sendiri saat ini menjadi kegiatan ektrakurikuler yang menjadi kebanggaan. Apalagi setiap santri memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari tim. Termasuk santri di Raudlatul Athfal (RA). “Sementara ini kita memang sedang fokus untuk santri yang RA,” jelasnya.
Berbagai prestasi telah ditorehkan pesantren yang berdiri sejak tahun 1963 silan tersebut. Selam tahun 2013 pesantren ini melalui lembaga pendidikan formalnya sudah menorehkan prestasi tingkat Jawa Timur. Diantaranya pada lomba voli, lempar peluru serta pidato bahasa Arab.
Untuk tingkat Kabupaten Probolinggo, prestasi santri Nurul Islam juga tidak diragukan. Yakni, juara MTQ tingkat Kabupaten Probolinggo, juara pidato bahasa Indonesia, Inggris dan lomba lari cepat 100 meter.
“Prestasi tersebut tidak diraih secara tiba-tiba, banyak kegiatan-kegiatan pesantren yang khusus untuk kegiatan prestasi. Biasanya dilakukan saat libur sekolah formal atau diniyah. Libur sekolah formal pada hari Ahad. “Pada hari Ahad pagi itu kita isi dengan kegiatan drum band. Juga olahraga meliputi atletik, baris berbaris, voli, bulutangkis dan kegiatan pidato,” terangnya.
Sementara tiap Jum’at, santri libur sekolah diniyah. “Jum’at pagi tetap sekolah formal. Setelah Dhuhur kegiatan keagamaan yang meliputi latihan membaca kitab kuning, pidato bahasa Arab, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dan khat Al-Qur’an,” pungkasnya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor : Syamsul Akbar
Terpopuler
1
Gus Yahya Sampaikan Selamat kepada Juara Kaligrafi Internasional Asal Indonesia
2
LBH Ansor Terima Laporan PMI Terlantar Korban TPPO di Kamboja, Butuh Perlindungan dari Negara
3
Dukung Program Ketahanan Pangan, PWNU-HKTI Jabar Perkenalkan Teknologi Padi Empat Kali Panen
4
Menbud Fadli Zon Klaim Penulisan Ulang Sejarah Nasional Sedang Uji Publik
5
Guru Didenda Rp25 Juta, Ketum PBNU Soroti Minimnya Apresiasi dari Wali Murid
6
Kurangi Ketergantungan Gadget, Menteri PPPA Ajak Anak Hidupkan Permainan Tradisional
Terkini
Lihat Semua