Pesantren

Pesantren Cinta Rasul Syahadatkan Dua Santri Asal NTT

NU Online  ·  Senin, 9 September 2013 | 03:30 WIB

Bogor, NU Online
Senin pekan lalu, Pondok Pesantren Cinta Rasul (PPCR) melaksanakan pengislaman atau pensyahadatan atas dua orang (calon) santrinya asal Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT), setelah yang pertama kali pada Ramadhan 2011 atas diri Ahmad Fauzi Ramadhan alias Fransiskus (13 tahun).<>

Kali ini mereka yang diislamkan adalah Amry Tonesab dan Elizabeth Berek, keduanya berusia 16 tahun, yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Ahmad Ulil Amry Tonesab dan Aisyah Wardah Berek. Nama yang diberikan oleh H. Abdul Basit Mahfuf, Pengasuh PPCR, "Agar keislaman keduanya dapat mewangi seperti mawar (wardah) pada diri Sayyidatina Aisyah r.a, dan menjadi penguasa yang baik seperti Rasulullah SAW. Amiin."

Dilaksanakan di tengah-tengah pengajian kitab Maulid Dhiyaul-Lami' bersama tokoh masyarakat, jamaah umum, para santri dan ustad-ustadzah di ponpes yang terletak di Desa Cijujung Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, 20 km arah barat kota Bogor menuju provinsi Banten itu, pensyahadatan berlangsung khidmah dan mendebarkan.

Maklum, rasa bahagia dan haru bercampur dengan perasaan was-was jangan-jangan bacaan syahadatain mereka tidak lancar dan kurang fasih karena masih awamnya keislaman keduanya. Namun, syukurlah, acara pun berlangsung lancar dan singkat, hanya sekitar 5 menit saja.

Diawali pengecekan kecocokan identitas keduanya, baik dokumen diri dan keluarga maupun perijinan serta pernyataan dengan suka rela memeluk Islam termasuk ijin dari wali/orangtua mereka.

"Pengecekan dokumen seperti ini sungguh penting untuk memastikan bahwa keislaman mereka benar-benar adalah karena kesadaran diri dan keikhlasan mereka, selain tentu sebab turunnya hidayah اَللّهُ swt kepada mereka," jelas lelaki asal Cirebon berusia 46 tahun itu. "Juga diperlukan agar pensyahadatan ini memiliki dasar dan kekuatan hukum formal."

Amry lebih dahulu membaca syahadatain dipandu ustad Dudung Nurdin, imam masjid PPCR, dan disusul oleh Aisyah yang dipandu ustad M. Basyari, Kepala Madrasah Diniyyah PPCR. Dengan dialek khas NTT namun sangat bersemangat akhirnya keduanya bisa mengucapkan syahadat dengan lengkap dan benar.

Amry dan Aisyah adalah dua dari 15 santri baru PPCR asal NTT yang baru sehari tiba di Bogor. Mereka menyusul 17 rekannya yang sudah datang untuk mondok di pondok itu sejak tahun 2011 sebagai bagian dari Program Pembekalan dan Pendidikan Islam Bagi Putra Daerah NTT. "Setelah selesai mondok, mereka nantinya akan kembali ke kampung halamannya sebagai dai-daiyah," tambah Abi, begitu para santri biasa memanggilnya.

Selain itu, papar Rasman Tkela, dulu pada tahun 1990-an puluhan ustad datang dari Jawa untuk mengajarkan Islam di kampung halamannya di NTT. Namun, karena berbagai sebab terutama karena kondisi alamnya yang tandus dengan medan yang berat dan minimnya fasilitas dakwah, akhirnya tidak banyak dai yang bertahan berdakwah di sana. Padahal umat Islam di NTT benar-benar masih tertinggal dan membutuhkan banyak dai, apalagi di sana muslim adalah minoritas.

Walhasil, "Dengan program pembekalan di PPCR ini, kami berharap putra daerah kami sendirilah yang kelak akan mendidik masyarakat kami dan demi syiar Islam di sana," jelas mahasiswa STIE Hidayatullah Depok itu. Rasman adalah mediator sekaligus pendamping kedatangan para santri asal NTT di Bogor.

"Kami juga berharap program ini dapat berlangsung setiap tahun di PPCR atau pesantren lainnya, karena adik-adik kami di kampung sana juga menunggu diberangkatkan. Mereka ingin pintar dan soleh." (A. Basit Mahfuf/Anam)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua