Pesantren

Khotib, Santri Kecil Penghafal Kitab

NU Online  ·  Sabtu, 14 September 2013 | 00:42 WIB

Jumat (13/9), suasana menjelang fajar di kawasan persawahan di Dukuh Tawang Sari, Desa Leteh, Rembang, Jawa Tengah terlihat sepi. Suara jangkrik dan angin bersurai mengiringi aktivitas anak-anak kecil yang belajar di pondok pesantren yang cukup sederhana.
<>
Sepagi itu, Khotib (13) dan kawan-kawan baru saja menunaikan Shalat tahajjud di penghujung akhir malam itu. Tak peduli betapa dinginya air sumur yang dialirkan melalui pompa listrik, dan juga rasa ngantuk yang masih menghiggapi kelopak mata.

Sambil menunggu azan subuh tiba, Khotib dan santri-santri lainnya masih menyempatkan mengulas kajian kitab Nahwu Sharaf yang diajarkan tadi sore. Khotib pun menikmati setiap bait nazhom Jurumiah yang ia hafalkan. Suara khas anak-anak kecil ini seolah menggantikan irama jangkrik pagi gulita itu.

Khotib tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah drastis dalam kurun waktu satu tahun ini. Khotib yang dulu dikenal sebagai anak pemalas ketika masih bersama orang tuanya, di Desa Grogol, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Menghafal kitab Nahwu Sharof sebenarnya tak pernah terbesit dalam benak anak yang akrap di panggil ceking oleh kawan pondoknya itu. Jangankan menghafalkan kitab, dirinya mengaku bisa lulus sekolah dasar saja sudah sangat beruntung bagi dirinya.

Maklum, Khotib yang tinggal bersama orang tuanya di Kota Wali itu tergolong keluarga kurang mampu. “Setelah lulus sekolah Dasar (SD) dia bersama ayahnya memutuskan untuk hijrah di Rembang, menuntut ilmu di salah satu tempat, yang berbasis sosial, yang di kelola oleh Ustadz Yasin, yang juga salah satu santri Pesantren Al-Ikhlas Sawahan Rembang.

Di tempat ini, Kotib menjadi anak yang tergolong rajin dan cerdas, khususnya dalam hal menghafal. Dalam kurun waktu 12 bulan, dia sanggup menghafal Nazhom Nahwu Jurumiyah beserta dengan artinya. Dia menghafalkan kitab tersebut di sela-sela membantu menggarap sawah dan ladang yang di kelola bersama-sama sang pengasuh.

Meski masih kecil, Khotib tak sungkan bercocok tanam untuk membantu menggarap sawah. Terik panas matahari selalu menjadi teman dan hujan seakan menjadi kawan setiap musim berganti. Semangatnya dalam belajar mengaji dan mengolah sawah tampak terlihat di benak anak dari petani asal kota Demak itu.

Sholihin dan Sumarsi, kedua orang tua Khotib, menaruh harapan besar agar buah hatinya menjadi seorang yang bermanfaat dan selamat dunia akhirat. Sholihin mengatakan, Khotib merasa senang meski ia dan istrinya hanya dua kali dalam setahun mendapat kunjungan dari orang tuanya.

Hingga kini Khotib berhasil menghafalkan beberapa kitab yang diajarkan di pesantrennya yang ia tempati kini.

Ustad Yasin mengaku senang dengan perkembangan santri kecilnya itu yang sangat cepat, bahkan sejak menginjakkan kakinya di Pondok Pesantren. “Khotib adalah anak yang rajin dan suka membantu bagi kawan-kawannya yang sedang kesulitan dalam hal apapun. Mudah mudahan Khotib bisa menjadi suri toladan bagi setiap kawan-kawanya yang hidup senasib dan sepenanggungan,” harapnya. (Ahmad Asmu’i/Mahbib)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua