Pesantren

“Jalan Dakwah Pesantren” Gambarkan Santri dan Kiai Apa Adanya

NU Online  ·  Sabtu, 29 Juli 2017 | 19:10 WIB

Jepara, NU Online
Pesantren Hasyim Asyari Bangsri Jepara menyelenggarakan pemutaran dan bedah film dokumenter “Jalan Dakwah Pesantren” berlangsung di aula Gedung Serba Guna MA Hasyim Asyari, Bangsri Jepara, Kamis (27/7) malam. 

Dalam pemutaran film berdurasi 38 menit itu dihadiri oleh ratusan santri dan menghadirkan 3 narasumber: Hamzah Sahal (inisiator film), Hj. Hindun Anisah (pengasuh pesantren Hasyim Asyari) dan Ahmad Sahil (ketua Lakpesdam NU Cabang Jepara) dan sebagai moderator Syariful Wai, mantan aktivis PP Lakpesdam. 

Ahmad Sahil ketua Lakpesdam NU Cabang Jepara dalam paparannya menyampaikan film dokumenter itu menggambarkan pesantren apa adanya. 

“Film ini ialah film riil yang memberi pembelajaran bahwa pesantren telah melahirkan tokoh besar Gus Dur,” kata kiai muda yang disapa Gus Sahil ini. 

Gus Sahil putra KH Miftah Abu berkomentar dalam film yang disupport oleh Kementerian Agama RI lantaran menampilkan sosok KH Abdurrahman Wahid. 

Kepada ratusan santri ia mengatakan bahwa sosok kiai di pesantren berjuang 24 jam tanpa lelah. Kiai, ulama, baginya, adalah sosok yang istimewa. “Basyarun la kal basyar, manusia tapi tidak seperti manusia biasa,” sebutnya. 

Kiai muda asal desa Karangrandu itu menyontohkan saat selepas kiai minum. Sisanya menjadi rebutan santri. Sandal kiai juga menjadi rebutan untuk ditata. Itu keistimewaan kiai, katanya.  

Hj. Hindun Anisah, selaku shahibul bait menyatakan usai nonton film dirinya jadi ingat saat menjadi santri yang tumbuh dengan kecerdasan serta mental tahan banting. 

Perempuan yang akrab dipanggil Neng Hindun itu mengapresiasi bahwa film menunjukkan eksistensi kitab kuning yang merupakan keunggulan pesantren. 

Kitab kuning kata istri KH Nuruddin Amin, bisa menjadi simbol anti-Islam radikal. 

“Saya sering pesan kepada alumni pondok ini bawalah kitab kuning selalu bersamamu,” pesan Neng Hindun yang juga salah satu aktris film ini.  

Ternyata pesan itu pernah dipraktikkan oleh santrinya. Sehingga saat melihat di kamar ada kitab kuning orang yang mau mengajak santri gabung di aliran radikal tidak jadi mengajaknya. 

“Kitab kuning ampuh untuk mengurangi serangan Islam bukan NU, Islam radikal,” tandasnya. (Syaiful Mustaqim/Abdullah Alawi)

  

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua