Pesantren Zainul Hasan (Zaha) Genggong Desa Karangbong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur memiliki banyak penerus. Salah satunya adalah Non Muhammad Harris yang kini menjabat sebagai Kepala Biro Kepesantrenan.
Muhammad Harris merupakan putra pertama Pengasuh Pesantren Zaha Genggong Hj Diana Susilowati dan Almarhum KH Damanhury Romly. Kini di Pesantren Zaha Genggong Non Harris mempunyai banyak peran strategis dalam memajukan pesantren. Salah satunya sebagai Kepala Biro Kepesantrenan dan mengelola bidang kesehatan.
Dunia pesantren bukan dunia baru bagi Non Harris. Sejak kecil ia sudah bersekolah dan menimba ilmu agama di pesantren milik kakeknya KH Romly Tamim Pesantren Darul Ulum, Jombang. Kehidupan di pesantren milik kakeknya ini dijalani sampai lulus SMA pada tahun 1992.
Selepas SMA Non Harris sempat memperdalam ilmu agama di sebuah pesantren di Malang. Pada tahun 1993 ia melanjutkan study dengan mengambil study kedokteran di Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Selepas kuliah, Non Harris tinggal selama setahun di Kota Semarang.
Selama di Semarang, pria yang lahir 42 tahun silam ini membuka praktek dokter umum. Pada 2001 ia mendapatkan kabar jika ayahnya KH Damanhuri Romly meninggal dunia, Karenanya dia pulang dan menetap di Genggong.
Sejak 2001 Non Harris dipercaya menjadi Kepala Biro Kepesantrenan. Selain itu ia juga bertanggung jawab mengelola bidang kesehatan. Maklum pesantren asuhan KH Moh. Hasan Mutawakkil Alallah ini juga mendirikan perguruan tinggi bidang kesehatan. Selain itu juga menyediakan klinik kesehatan bagi santri dan masyarakat.
Sadar mengemban amanah yang tak ringan, Non Harris terus berusaha menambah keilmuannya, baik di bidang keagamaan maupun dunia kesehatan. Karenanya tahun 2006 ia kembali melanjutkan studynya dengan mengambil strata dua (S-2) bidang study manajemen kesehatan di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. “Saya kembali kuliah untuk membantu pengembangan bidang kesehatan pesantren,” katanya.
Non Harris mengaku akan terus berusaha membantu pesantren agar terus berkembang. Beragam inovasi dilakukan untuk mengembangkan pesantren. Tak hanya secara kelembagaan, secara pribadi Non Harris juga aktif menggelar silaturahim dengan kalangan pesantren dan kalangan luar yang bahkan tidak mengenal pesantren.
Seperti kalangan entertain, birokrat hingga berbagai macam profesi. Tujuannya agar mereka mengetahui kehidupan pesantren. Non Harris juga sering melakukan pendekatan dengan berbagai komunitas. Bahkan dengan berbagai event yang juga rutin diadakan.
Seperti komunitas sepeda tua (onthel), komunitas motor kecil sampai motor gede (moge), penghobi jip hingga lintas pendekar. Saat melakukan pendekatan, Non Harris mengaku sering menggunakan silaturahim sebagai sarana syiar pentingnya pendidikan agama sejak dini. Harapannya mereka mengetahui pentingnya pembekalan ilmu agama bagi anak. “Dengan begitu mereka mungkin tertarik untuk mendidik putra putrinya ke pesantren,” tambahnya.
Non Harris menambahkan untuk inovasi di dalam pesantren, sejak beberapa tahun terakhir ini disediakan English Boarding School atau Asrama Pesantren Inggris sebagai upaya peningkatan kemampuan bahasa para santri sebagai bekal dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) agar mereka l ebih siap menyongsong masa depan di berbagai disiplin ilmu yang mereka tekuni.
Terbaru ada SMP Bilingual Boarding School Zaha yang dibuka mulai tahun ini. Para siswa yang bersekolah di SMP ini diperkenalkan lebih dini dalam kesehariannya pada bahasa asing, baik Inggris maupun Arab, baik di sekolah maupun di asrama. Katanya secara bertahap program ini juga akan diberlakukan bagi siswa lain yang jadi santri Genggong. “Dengan metode ini diharapkan mereka dapat lebih bersaing saat memasuki dunia kerja,” harapnya. (Syamsul Akbar)