Pesantren PESANTREN DARUL HASAN

Awalnya hanya Musholla Kecil

NU Online  ·  Sabtu, 14 Desember 2013 | 11:01 WIB

Pesantren Darul Hasan terletak di Dusun Janti Desa Sentul  Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Di wilayah ini, pesantren memegang peranan penting sebagai sumber ilmu dan pelajaran bagi warga sekitar.<>

Mencari pesantren ini tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, pesantren ini berada sekitar 15 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Probolinggo Kota Kraksaan. Atau bisa ditempuh dengan perjalanan kurang lebih selama 20 menit. Dan pengunjung harus memasuki jalan aspal dengan kulit aspal yang mengelupas dengan banyak belokan.

Meski letaknya cukup dalam, namun keberadaan pesantren ini sangat dibutuhkan oleh warga sekitar. Menurut pengasuh Pesantren Darul Hasan, KH Kamaluddin (54), pendirian pesantren ini dilatarbelakangi oleh minimnya pendidikan agama warga sekitar.

“Pesantren ini memang sangat jauh letaknya dari pusat ibukota Kabupaten Probolinggo. Namun keberadaan pesantren ini sangat dibutuhkan oleh warga yang ingin menuntut ilmu agama. Sebab dahulu warga disini kesulitan untuk menuntut ilmu agama. Awal berdiri, pesantren ini hanya berbentuk musholla kecil,” ujarnya kepada NU Online, Sabtu (14/12).

Kiai Kamaluddin merintis berdirinya Pesantren Darul Hasan sejak tahun 1981. Selepas lulus dari Pesantren Zainul Hasan, Genggong ia menularkan ilmu agamanya kepada warga sekitar. Cukup sulit, sebab warga masih belum terbiasa dengan keberadaan pendidikan mushalla.

Saat itu hanya ada 21 santri yang menuntut ilmu di sana, terdiri dari 12 santri putra dan 9 santri putri. Mereka semuanya santri musengan (Bahasa Madura dari tidak menetap, Red). Kemudian sekitar tahun 1989, KH. M. Hasan Syaifulridzal, Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, berkunjung ke rumahnya.

Kepada Kiai Kamaluddin, Kiai M. Hasan Syaifulridzal berkata bahwa di rumahnya banyak penghuninya. “Hal itu disampaikan oleh beliau sebanyak tiga kali. Saya waktu itu jadi bingung, karena rumah saya cuma berdinding gedek bambu,” tuturnya.

Sekitar lima tahun kemudian, KH M Hasan Syaifulridzal berkunjung lagi dan berpesan, “Jika kamu mempunyai santri, jangan sekali-kali kamu anggap aku sebagai guru kamu. Tetapi katakan mereka semua bahwa kamu adalah santri KH Muhamad Hasan Genggong atau kiai sepuh,” tuturnya menirukan pesan gurunya.

Kemudian pada tahun 1994, atau setahun setelah itu, Kiai Kamaludin kedatangan empat santri. Tiga laki-laki dan satu perempuan, mereka berasal dari Desa Plaosan Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo.

Yang membuatnya terkejut, karena wali santri ini datang ke rumahnya tidak cuma menitipkan anaknya. Tetapi sekaligus juga membawa bahan-bahan untuk mendirikan pesantren mulai dari kayu, papan dan genting.

Mereka kemudian berinisiatif mendirikan tiga pesantren kayu (cangkruk) sebagai tempat tinggal putranya. “Saya, waktu itu hanya memberikan makan mereka. Bahan-bahan dari mereka semua, termasuk pembuatannya,” kenangnya.

Setahun kemudian, tepatnya tahun 1995, ia mendirikan Yayasan Darul Hasan, sebagai payung hukum. Yayasan ini, menjadi wadah dari lembaga formal yang ada sekarang. Sejak itu, perkembangan pesantren ini menunjukkan hasilnya. Pada tahun 1998, santri mencapai 40 orang, terdiri dari santri 28 putra dan sisanya santri putri. Hinggga 1998, santri masih mendiami pondok cangkruk tersebut, baru diawal 2000-an, pemukiman santri dibangun secara permanen.

Menurut Kiai Kamaludin, lamanya perkembangan pesantren tersebut lantaran minat belajar agama di lingkungannya tersebut rendah. Sehingga sampai tahun 2005, perkembangan pesantren ini tidak terlalu menggembirakan. Karena dalam kurun waktu tersebut, santri yang mondok tidak lebih dari 45 santri.

Pada tahun 2008 gelombang kedatangan santri meningkat lagi. Dari yang hanya 40-an santri, tahun itu ada sebanyak 100-an santri baru yang mendaftar. Jumlah santri tersebut, sampai sekarang bertahan dikisaran angka tersebut. Di tahun 2013, terdapat 125 santri yang mondok, mereka terdiri dari 72 santri putra yang menghuni 18 kamar, dekat mushalla. Sedangkan santri putri ditempatkan di kamar samping dalem, sebanyak 53 santri. (Syamsul Akbar/Anam)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua