Pendidikan Islam

Nurul Haramain NTB, Pesantren dengan 33 Hektar Lahan Hijau

Sen, 2 November 2015 | 13:01 WIB

Pondok Pesantren Nurul Haramain Narmada di Lombok Barat ini telah berhasil berhasil mewujudkan lembaga pendidikan yang ramah lingkungan. Pemimpin pesantren ini, TGH Hasanain Juaini membeli lahan gundul di kawasan hutan seluas lebih dari 33 hektar, lalu menggarapnya menjadi lahan hijau dan lebat. <>

Proses penghijauan itu memakan waktu lebih dari 9 tahun yang melibatkan santri serta warga sekitar. Dana yang dikeluarkannya tidak sedikit mencapai Rp 4,3 miliar lebih.

TGH Juaini bercerita, semenjak awal bersama-sama dengan para tokoh agama pemerhati lingkungan seperti KH Masdar Farid Mas’udi menerbitkan buku “Fiqih Lingkungan”.

Menurut TGH Juaini, ia ingin menyampaikan pesan bahwa melestarikan lingkungan itu adalah amanat, ciptaan manusia. Sama halnya dengan perintah untuk menyembah Allah.

“Kita tidak akan bisa menyembah Allah, mengimplementasikan keimanan kita dalam kondisi lingkungan kita hancur. Apalagi kita dalam posisi masih bisa melakukan sesuatu, ajakan saya untuk melestarikan lingkungan itu semata-mata merupakan perintah Allah dan Rasulullah SAW,” katanya.

Banyak yang bernggapan bahwa sebuah institusi pendidikan Islam umumnya hanya bergerak di bidang tafaqquh fiddin, atau pendidikan agama saja, dan acuh-tak acuh dengan kondisi lingkungan.

Menurut TGH Juaini, kesimpulan itu tidak tepat. Melestarikan lingkungan adalah amanah ciptaan manusia. Kita sebagai individu pribadi baik sebagai kelompok sosial harus turut melestarikan lingkungan. Karena Rasulullah sendiri bersabda, Berhati hatilah dengan bumi ini sesungguhnya dia adalah ibumu.

Jadi kita perlakukan bumi ini seperti bagaimana memperlakukan ibu kita. Memuliakannya. Karena jasa-jasanya kepada kita,” tambanya.

TGH Juaini, tidak sepakat pondok pesantren Nurul Haramain dikategorikan sebagai “pesantren yang pro lingkungan”. Karena seharusnya semua pondok pesantren itu harus pro lingkungan. Setiap orang itu juga harus pro lingkungan, katanya.

“Saya mengatakan hal itu (pro lingkungan) adalah sesuatu yang harus khusunya pondok pesantren yang selama ini dikenal oleh masyarakat. Jangan hanya nyaman di menara gading tapi tidak mau tahui urusan luar. Saya kira ini suatu kesalahan dalam konsep pendidikan islam yang selama ini dipahami banyak orang,” tambahnya.

Pada tahun 2011 TGH Hasanain Juaini memperoleh penghargaan Ramon Magsaysay. Salah satunya karena ia dinilai sukses mengembangkan pesantren yang peduli lingkungan. Dengan memperoleh penghargaan ini, namanya sejajar dengan tokoh-tokoh seperti Abdurrahman Wahid, Mochtar Lubis, atau Pramoedya Ananta Toer, yang juga pernah meraih penghargaan serupa. (Syamsul Hadi)

 

Terkait

Pendidikan Islam Lainnya

Lihat Semua