Opini

Menjadi Guru Kreatif di Era Global

Sel, 24 Juli 2018 | 22:31 WIB

Oleh Heri Kuswara

Pendidikan dalam perspektif kebijakan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU No. 20 Th 2003 tentang Sisdiknas)

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Sedangkan dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU No.14 Th 2005 tentang Guru dan Dosen).

Dalam mewujudkan cita-cita mulia pendidikan diera global ini, guru (baca: guru dan dosen) harus mampu menguasai teknologi komunikasi dan informasi sebagai sarana utama dalam proses pendidikan dan pengajarannya. Tentu sarana utama itu wajib dilandasi dengan sikap, pengetahuan (wawasan) dan keterampilan berstandar global. 

Menurut penulis, tugas guru di era global ini harus mampu mewujudkan peserta didiknya  cerdas dalam hal, pertama, knowledge (pengetahuan). Peserta didik harus menguasai teknologi dan informasi, cerdas dalam inovasi dan kreatifitas serta mampu memahami nilai-nilai universal (lintas budaya).

Kedua, attitude (sikap/perilaku). Dari sisi sikap atau perilaku, peserta didik harus selalu disiplin, dinamis dan fleksibel dalam bergaul, senantiasa mempunyai inisiatif dan proaktif dalam berbagai kondisi, inovatif dan kreatif dalam memecahkan masalah, mandiri (survive) dalam kehidupan serta berjiwa dan bermental wirausaha (entrepreneurship).

Ketiga, skill (keterampilan). Keterampilan yang dimiliki peserta didik harus berbasiskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Informatika, Keterampilan yang Kompetitif artinya mampu bersaing didunia global atau keterampilan yang spesifik dan berdaya saing global ditunjang dengan kemampuan komunikasi yang multikultur.

Untuk mewujudkan peserta didik yang cerdas berstandar global baik pengetahuan, sikap dan keterampilannya, maka gurupun selain cerdas juga harus kreatif dalam proses pembelajarannya. Guru harus segera melakukan perubahan yang masif dan signifikan dengan senantiasa meningkatkan kompetensi yang multiskill dan menguasai teknologi komunikasi serta informasi secara mandiri dan revolusioner.

Oleh karenanya dibutuhkan perubahan mindset dan paradigma terhadap proses pembelajaran saat ini. Kenapa mindset  karena menurut John C. Maxwell, mindset-lah yang menentukan tindakan (perilaku), kebiasaan (habit), karakter (watak), kepribadian, dan masa depan seseorang.

Menurut penulis, setidaknya terdapat tiga mindest yang harus dimiliki oleh guru kreatif diera global adalah, pertama, think and action positive. Senantiasa berfikir dan bertindak positif terhadap situasi dan kondisi apapun. Tidak mudah atau tidak gampang menyalahkan dan tidak mudah atau tidak gampang marah.

Kedua, dare to fail. Berani gagal, selalu mencoba sesuatu yang baru, selalu berani mengambil resiko  dan pantang menyerah.

Ketiga, focus. Selalu fokus, serius dan sungguh-sungguh dengan peluang, peluang dalam mencari ide dan gagasan kreatif, peluang dalam mencapai hasil, peluang dalam meraih cita-cita atau target. 

Setelah mengubah mindset, sederhananya tiga hal menurut penulis yang harus dilakukan oleh guru agar menjadi guru kreatif di era global yaitu sebagai berikut:

Pertama, reason. Tanamkan minimal lima alasan terkuat kenapa memilih profesi sebagai guru? Atau kenapa harus menjadi pendidik? Jawab minimal dengan lima alasan terkuat dan jadikan alasan terkuat itu sebagai sumber inspirasi dan sumber motivasi agar menjadi guru yang cerdas, kreatif dan inovatif.

Kedua, be creative. Jadilah guru kreatif dengan melakukan dua hal yaitu Thinking In Certain Way and Action In Certain Way.  Senantiasa berfikir dengan cara tertentu dan senantiasa mengerjakan atau melakukannya dengan cara tertentu pula. Berpikir dan bertindak dalam mengajar atau mendidik dengan cara-cara yang unik, unggul dan cara berbeda dari cara sebelumnya, dari cara biasa atau dari cara orang lain mengajar. 

Ketiga, doing by learning. Guru kreatif adalah guru yang terus belajar, belajar, dan belajar. Guru yang meskipun tugasnya mengajar dengan segudang ilmu dan pengalaman yang dimiliki namun senantiasa merasa kurang, kurang, dan kurang. Sehingga terus meningkatkan ilmu, pengetahuan dan keterampilannya baik melalui pendidikan formal maupun non formal.

Di era global ini, menjadi guru kreatif adalah sebuah keharusan yang tak terelakan, menurut penulis, tujuh kunci sukses yang harus dimiliki oleh guru kreatif yaitu, pertama, globalization with information. Di era global ini informasi adalah hal yang sangat penting untuk melihat, memahami dan menguasai dunia, oleh karenanya seorang guru harus senantiasa update terhadap informasi global yang berkembang.

Kedua, relationship with networking. Membangun relasi atau mitra melalui berbagai jaringan, komunitas, organisasi on/offline adalah hal yang sangat penting dalam meningkatkan wawasan global. Oleh karenanya seorang guru harus aktif dalam berbagai organisasi.

Ketiga, skills with multi skills. Untuk eksis didunia global agar tidak tereliminir didalam persaingan SDM, maka seorang guru tidak cukup dengan satu keterampilan saja, dibutuhkan berbagai keterampilan yang spesifik dan berdaya saing global (standar global) agar mampu menjadi guru cerdas, kreatif dan inovatif.

Keempat, mental with entrepreneurship. Mental Wirausaha bukan berarti melulu harus menjadi seorang pengusaha atau pebisnis. Mental wirausaha dibutuhkan bagi siapapun dan profesi apapun tak terkecuali profesi guru dibutuhkan mental entrepreneur yaitu mental kreatif, mental inovatif dan mental inspiratif dalam mendidik siswanya.

Kelima, life stye with cross culture. Akses tanpa batas (internet) serta kemudahan dalam transportasi jarak jauh menjadikan intensnya komunikasi dan interaksi antar manusia didunia, juga heterogennya berbagai latarbelakang siswa mengharuskan setiap guru memahami gaya hidup dan budaya orang lain.

Keenam, self potential with unconscius. Sadarkah kita, ternyata didalam diri manusia tersimpan kemampuan yang sangat luar biasa. Hanya saja banyak sekali yang belum mengetahui bagaimana memberdayakannya. Cukup beralasan memang, kita tidak menyadari kemampuan maha dahsyat tersebut mengingat keberadaannya jauh tersimpan didalam memori alam bawah sadar kita (unconscious).

Untuk membangkitkannya diperlukan latihan pengelolaan pikiran bawah sadar secara simultan dan berkesinambungan. Sampai saat ini, kebanyakan orang masih menggunakan potensi dari kekuatan pikirannya hanya sebesar 12 persen untuk melakukan berbagai hal. Sisanya (88 persen) adalah pikiran bawah sadar (unconscious). Beberapa teknik untuk membangkitkan potensi alam bawah sadar bisa melalui meditasi, sugesti, hipnotis, visualisasi, dan teknik lainnya.

Ketujuh, key succes with soft skill. Soft skill adalah keterampilan tak berwujud (intingible). Tidak dipelajari secara formal, namun sangat menentukan sukses tidaknya karir seseorang tak terkecuali sukses tidaknya seorang guru.

Komponen soft skill yang wajib dimiliki oleh guru seperti attitude, leadership, communication skill, emotional skill, mental skill, emphaty, dan lain-lain akan mewujudkan guru yang sukses dalam mendidik. Soft skill banyak didapatkan dari seringnya berinteraksi, aktif dalam berbagai organisasi, keteladanan seseorang, dan inspirasi atau success story.

Menjadi Guru kreatif di era global akan mampu mengantarkan peserta didik menjadi cerdas, mandiri, kreatif dan memiliki kompetensi yang berstandar global. Semoga berbagai ide, gagasan sederhana yang penulis sampaikan di atas dapat menjadi referensi bagi setiap guru sebagai bekal dalam mendidik banyak anak bangsa ini.


Penulis adalah Pengurus Pergunu, LPTNU dan ISNU Jabar, Dosen Bina Sarana Informatika (BSI)