Obituari

Kiai Hanif Muslih Berkhidmah di NU Mulai dari MWCNU

Sab, 12 Desember 2020 | 00:30 WIB

Kiai Hanif Muslih Berkhidmah di NU Mulai dari MWCNU

KH Hnif Muslih (dua dari kanan) (Foto: Istimewa)

Demak, NU Online  

Meski berasal dari dzuriyah kiai besar, namun dalam ber-NU KH Muhammad Hanif Muslih yang meninggal dunia Kamis (10/12) menghindari jalan pintas.

 

Khidmahnya di NU diawali dengan mengemban amanat sebagai Ketua Bagian Ma'arif Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama  MWCNU) Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jateng pada pertengahan tahun 1980-an. Kemudian menjadi Rais MWCNU Mranggen. 

 

Guru Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTsNU) Mranggen Muhammad Ali Mujib (putra almarhum KH Ja'far Shodiq, Ketua MWC NU Mranggen tahun 1980an-1990-an)  menyimpan rekam jejak perjalanan almarhum  Kia Hanif dalam menggerakkan NU di Mranggen bersama almarhum bapaknya.

 

"Almarhum abah Hanif sangat aktif, dinamis, dan disiplin terutama dalam hal waktu. Acara-acara agenda rapat dan kegiatan NU selalu dimulai tepat waktu, beliau selalu hadir 10 sampai 30 menit sebelum dimulai," kata Mujib, seusai mengikuti prosesi pemakaman jenazah almarhum Kiai Hanif.

 

Disampaikan, dalam hampir setiap selesai kegiatan MWCNU Mranggen saat itu  almarhum bapaknya selalu bercerita bahwa Abah Hanif meski usianya lebih muda namun selaku rais bisa ngemong pengurus-pengurus yang lebih sepuh usianya.

 

"Abah Hanif dalam hal waktu sangat disiplin, semua kegiatan harus dimulai tepat waktu termasuk rapat-rapat MWCNU,  meski yang hadir baru sedikit aktivitas langsung dimulai," ucapnya.  

 

Dengan cara itu lanjutnya, akhirnya pengurus yang lain mengikuti hadir tepat waktu dan acara dimulai tepat waktu pula. Dia menambahkan, dalam membudayakan budaya tepat waktu dalam berkegiatan itu, Abah Hanif memberi contoh langsung, akhirnya diikuti oleh pengurus lainnya di MWC maupun ranting-ranting. 

 

"Maka sejak itulah MWC dan ranting-ranting NU di Mranggen semakin dinamis. Sikap organisasi Abah Hanif selaku rais itu oleh almarhum Kiai Ja'far selalu disampaikan kepada anak-anak muda NU dan pengurus ranting-ranting NU di Mranggen bahwa untuk menjaga marwah organisasi dimulai dengan disiplin diri dalam ber-NU," ujarnya.

 

"Almarhum bapak saya sering memberi nasehat agar dalam berNU memfoto kopi semangat abah Hanif, meski memiliki derajat sosial yang tinggi  namun tidak canggung bergerak bersama dengan jamaah di akar rumput," sambungnya.

 

Baca juga:

 

Bersamaan mengemban amanat sebagai Rais MWC, Kiai Hanif diamanti PWNU Jateng untuk memimpin Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jateng dan saat Konferwil NU Jateng (1994) Kiai Hanif didapuk menjadi katib syuriyah mendampingi KH Muhammad Amin Sholeh yang kembali terpilih menjadi Rais PWNU.

 

Rais PWNU Jateng KH Ubaidullah Sodaqoh mengatakan, saat Kiai Hanif menjadi katib wilayah dirinya menjadi wakil katib. Banyak pelajaran dan pengalaman yang didapat selama mendampingi almarhum, terutama memposisikan syuriyah di tengah dinamika NU.

 

"Beliau sangat disiplin dan fokus dalam menjalankan tugas-tugas kekatiban. Saya yang waktu itu masih junior diberi porsi untuk menyelesaikan tugas-tugas kekatiban. Ini sangat bermanfaat sekali," ujar Kiai Ubaid.

 

Dari katib, posisi  kiai Hanif bergeser ke salah satu wakil rais hasil konferwil NU Jateng di Pesantren Sirojut Tholibin Brabo, Tanggungharjo, Grobogan (1998). 

 

Saat rezim Orde Baru jatuh PBNU memfasilitasi pendirian Partai Kebangkiyan Bangsa (PKB), Kiai Hanif ditarik menjadi wakil ketua dewan syuro dan berlanjut menjadi Ketua Dewan Tanfidz DPW PKB Jateng. 

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muis