Obituari

KH Nawawi Abdul Jalil, PBNU: Mata Air Keteladanan

Sen, 14 Juni 2021 | 01:15 WIB

KH Nawawi Abdul Jalil, PBNU: Mata Air Keteladanan

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Nawawi Abdul Jalil (Foto: istimewa)

Jakarta, NU Online

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Nawawi Abdul Jalil dikabarkan wafat pada Ahad (13/6) pukul 16.40 WIB. Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini menyampaikan bahwa almarhum merupakan sosok teladan bagi bangsa Indonesia.

 

"KH Nawawi Abdul Jalil merupakan sosok alim, mata air keteladanan yang menjadi salah satu rujukan penting dalam momen-momen krusial menyangkut keorganisasian dan kebangsaan," katanya pada Ahad (13/6).

 

Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri itu mendedikasikan pikiran dan tenaganya untuk berkhidmah serta mengabdi memperjuangkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah melalui NU.

 

Tangan dinginnya juga melahirkan santri-santri yang berpemikiran brilian. Bahkan, sosoknya juga membuat Pesantren Sidogiri menjadi model pengembangan ekonomi.

 

"Kiai Nawawi adalah pendidik sejati. Dari tangan beliau lahir santri yang memiliki pemikiran brilian, termasuk salah satunya dengan menginisiasi BMT yang hingga kini menjadi role model pengembangan ekonomi pesantren di NU, bahkan di Indonesia," katanya.

 

Helmy menyampaikan bahwa keluarga besar Nahdlatul Ulama menyampaikan duka yang mendalam dan berbela sungkawa atas bepulangnya kiai yang menjadi salah satu anggota Ahlul Halli wal Aqdi pada Muktamar Ke-33 NU Tahun 2015 di Jombang, Jawa Timur itu.

 

"Bangsa Indonesia secara umum, dan keluarga besar Nahdlatul Ulama secara khsusus merasa sangat kehilangan atas berpulangnya sosok yang memiliki peran besar bagi Nahdlatul Ulama ini," katanya.

 

Helmy berdoa semoga almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah swt dan bangsa Indonesia dapat belajar dari sosoknya.

 

"Husnul khotimah serta ditempatkan di tempat yang paling mulia di sisi Allah. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dan keteladanan dari almarhum," pungkasnya.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan