Jakarta, NU Online
Penulis buku-buku sejarah Islam Nusantara Zainul Milal Bizawie meluncurkan karya terbarunya, Sabtu (12/3) di Galeri Nasional Indonesia Jakarta Pusat. Dalam buku yang diberi judul ‘Masterpiece Islam Nusantara: Jejaring dan Sanad Ulama-Santri (1830-1945)’ ini, Milal berusaha merangkai memori-memori yang tersebar di masyarakat lokal, yang selama ini seolah-olah terpisah antara satu dengan lainnya.
Dengan belajar dari kiprah para ulama-santri, kata Milal, bangsa Indonesia dapat menyerap karakter Islam Nusantara sebagai Islam yang ramah, terbuka, inklusif dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa dan negara.
Milal menjelaskan, buku ini bertolak dari momentum bersejarah yang telah dibahas pada buku sebelumnya, yaitu Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad. Dengan mengungkap jejaring yang berada di balik munculnya resolusi jihad tersebut serta basis pemahaman tentang suatu bangsa, akan membantu masyarakat memahami konteks perjuangan para Laskar Ulama-Santri.
“Jejaring yang telah terbangun tersebut merupakan bagian dari masterpiece Islam di Nusantara,” ujar Milal dalam rilisnya.
Menyimak wajah Islam di dunia saat ini, tambahnya, Islam Nusantara sangat dibutuhkan, karena ciri khasnya mengedepankan jalan tengah yang bersifat tawasut (moderat), tidak ekstrim kanan dan kiri, selalu seimbang, inklusif, toleran dan bisa hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain, serta bisa menerima demokrasi dengan baik.
Dalam bukunya ini, Milal mengungkapkan bahwa peran Syekh Nawawi al Bantani, Syekh Sholeh Darat, Syekh Tolhah, Syekh Khollil Bangkalan, Syekh Mulabaruk, Syekh Mahfudz Tremas, Syekh Khatib Sambas, Syekh Nahrowi al Banyumasi, Syekh Ismail Minangkabawi dan lain sebagainya menjadi jejaring utama yang menjadi titik pusat simpul di Nusantara pada abad ke-19.
“Kehadiran dan kiprah mereka sanggup mentransmisikan keilmuan sekaligus semangat kebangsaan bagi para santri yang belajar di Mekkah dan kemudian mentransformasikan dalam kiprahnya di daerahnya masing-masing,” jelasnya.
Peluncuran yang diselenggarakan oleh Penerbit Pustaka Compass di ini disertai pameran foto khazanah Islam di Nusantara. Acara ini dihadiri oleh KH As’ad Said Ali, H Abdurrahman Mas’ud, H Abdul Munim DZ, H Mastuki HS, HM Romahurmuzy, H Abdul Ghaffar Rozin, Sejarawan Abdul Syukur, KH Miftah Faqih, Ala’i Nadjib, dan beberapa tokoh lainnya. (Red: Fathoni)