Nasional

Wujudkan Pusat Kajian Islam Dunia, Kemenag Gelar Konferensi Guru Besar

NU Online  ·  Jumat, 27 November 2015 | 10:34 WIB

Jakarta, NU Online
Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (Diktis) Kementerian Agama RI terus berupaya meningkatkan produktivitas akademik para dosen dan guru besarnya untuk melakukan berbagai penelitian dan temuan. Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Direktorat Pendidikan Islam Kemenag RI, yakni menjadikan Indonesia sebagai destinasi (tujuan) kajian Islam dunia. Oleh Karena itu, pihaknya menggelar Konferensi Guru Besar.<>

Hal ini disampaikan oleh Prof Dr Phil Kamaruddin Amin dalam jumpa pers, Jumat (27/11) di Kantor Kemenag Pusat Jl Lapangan Banteng, Jakarta. Jumpa pers dilakukan untuk mengawali kegiatan Konferensi Guru Besar yang akan dilaksanakan Ahad-Selasa (29/11-01/12) di Hotel The Media, Jl Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Dalam kegiatan bertajuk ‘Meningkatkan Integritas dan Reputasi Akademik Guru Besar PTKI’ ini, Kamaruddin menerangkan, bahwa Guru Besar atau seorang Profesor merupakan halaman awal atau gerbang pertama dalam sebuah perguruan tinggi. Dengan kata lain, lanjutnya, reputasi bagus sebuah perguruan tinggi sangat ditentukan oleh seorang Profesor dan para dosennya.

“Sebanyak 415 guru besar di lingkungan PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam) akan duduk bersama dan mengajak mereka untuk merancang berbagai hal terkait pendidikan, penelitian, dan inovasi pendidikan,” ujar Kamaruddin.

Dia menjelaskan, ratusan guru besar dari berbagai disiplin keilmuan tersebut akan didorong agar lebih produktif lagi dalam menghasilkan berbagai karya penelitian akademik sehingga visi Indonesia sebagai pusat kajian Islam dunia dapat terwujud. Selain itu, katanya, para guru besar juga dituntut agar perguruan tinggi sebagai pusat kajian akademik menjadi menarik dalam berbagai disiplin keilmuan.

“Apa yang dilakukan oleh Kemenag ini adalah untuk memfasilitasi para guru besar untuk mengaktualisasikan diri secara akademik dengan karya-karya produktif,” terang Guru Besar UIN Sultan Alauddin Makassar ini.

Kamaruddin juga menerangkan, bahwa selama 60 tahun berdiri, PTKI baru pertama kali menyelenggarakan Konferensi Guru Besar di tahun 2015 ini. Pertemuan ini akan difokuskan untuk melahirkan gagasan produktif dan cemerlang. Hal ini juga dilakukan, karena belakangan ini integritas dan reputasi akademik profesor sedang diperbincangkan. “Sebab itu, sudah saatnya para profesor menjawabnya dengan beberapa aksi nyata,” jelasnya.

Untuk mewujudkan aksi nyata tersebut, tambahnya, dalam konferensi itu akan dibahas eman tema utama, yaitu: pertama, perumusan kembali konsorsium keilmuan PTKI dengan membentuk konsorsium-konsorsium keilmuan Islam. Kedua, membincang ulang peran akademik profesor pada PTKI. Ketiga, internasionalisasi dan networking karya-karya akdemik PTKI. Keempat, evaluasi dan kategorisasi rumpun ilmu dan program studi Islamic Studies pada PTKI.

“Kemudian kelima, mainstreaming integrasi keilmuan sebagai distingsi (pembeda, red) PTKI, dan keenam, membincang kapita selekta penyelenggaraan pendidikan pada PTKI, seperti beban kerja dosen, disiplin pegawai, pengembangan karir dosen, dan materi-materi penting lain,” papar Kamaruddin.

Senada dengan Kamaruddin, Direktur Diktis Kemenag RI, Prof Dr Amsal Bachtiar mengatakan, Konferensi Guru Besar ini dimaksudkan untuk merajut gagasan cemerlang yang selama UIN/IAIN berdiri, baru pertama kali diselenggarakan.

“Selain itu, pertemuan ini juga dimaksudkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh PTKI, seperti KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) dan tantanga kompetisi perguruan tinggi secara global sehingga PT kita menjadi kompetitif di secara global untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat kajian Islam dunia,” tandasnya. 

Dalam jumpa pers ini, hadir pula Kasubdit Ketenagaan Diktis Kemenag RI, Prof Dr Imam Syafe’i dan para wartawan dari berbagai media online, cetak, dan televisi. (Fathoni)