Nasional

Wirid Imam Ghazali di Hari Jumat

NU Online  ·  Kamis, 24 April 2025 | 10:00 WIB

Wirid Imam Ghazali di Hari Jumat

Ilustrasi Jumat. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Hari Jumat merupakan waktu spesial bagi umat Islam karena disebut sebagai pimpinannya hari-hari. Beragam ibadah kian berlipat pahalanya jika dilakukan pada hari tersebut. 


Saking istimewanya, perlu ada langkah khusus dalam menyambut dan mengisi hari Jumat. Tak pelak, Imam Ghazali menganjurkan agar umat Islam dapat mempersiapkan diri dalam menyambut kehadiran hari Jumat itu sejak hari sebelumnya, Kamis. Penyambutan itu dilakukan mulai dari cuci baju hingga memperbanyak tasbih dan istighfar pada Kamis petang. Pun berniat puasa sebagai rangkaian puasa Kamis-Jumat-Sabtu mengingat adanya larangan puasa khusus di hari Jumat saja.


Hal demikian Ustadz Mahbib Khoiron tulis berdasarkan kitab Bidayatul Hidayah dalam artikelnya berjudul Susunan Wirid Hari Jumat Imam Al-Ghazali yang dikutip NU Online pada Kamis (24/4/2025).
 

Jumat pagi, dianjurkan untuk melaksanakan mandi Jumat. Setelah itu, gunakan pakaian serba putih dalam menghias diri sebagai pilihan terbaik yang dicintai Allah swt. Saat itu juga, harus dipastikan pakaian dan badan dalam kondisi bersih dan harum dengan menggunakan wewangian. Pun tidak lupa untuk memotong kuku, bersikat gigi, dan mencukur bulu atau rambut.


Setelah itu, bersegeralah untuk ke masjid dalam rangka shalat Jumat. “Kedekatan manusia saat berjumpa Allah tergantung seberapa pagi ia bergegas menuju shalat Jumat,” kata Imam Ghazali, sebagaimana dikutip Ustadz Mahbib.


Di masjid, dianjurkan untuk menempati posisi barisan paling awal dan melaksanakan shalat tahiyyatul masjid (https://www.nu.or.id/syariah/tata-cara-shalat-tahiyatul-masjid-niat-waktu-dan-ketentuannya-KLZHr). Imam Ghazali menyarankan agar shalat tersebut dilakukan empat rakaat dengan membaca surat al-Ikhlas sebanyak 50 kali di setiap rakaatnya setelah membaca al-Fatihah. Hal ini mengingat dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pengamal ini tak akan wafat kecuali ia melihat tempat untuknya di surga atau orang lain yang menyaksikan tempat tersebut. 
 

Selain al-Ikhlas, dianjurkan juga untuk membaca surat al-An‘âm, al-Kahfi, Thâhâ, dan Yâsîn dalam shalat empat rakaat itu. Namun jika tidak,pilihan lainnya adalah surat Yâsîn, ad-Dukhân, as-Sajdah, dan al-Mulk.


"Surat-surat ini, kata Imam al-Ghazali, penting pula dibaca pada malam Jumat karena memiliki banyak keutamaan. Bagi mereka yang tak sanggup membaca surat-surat ini, dianjurkan membaca surat al-Ikhlas dan shalawat kepada Rasulullah sebanyak-banyaknya," tulis Ustadz Mahbib.


Saat khatib berkhutbah, dianjurkan untuk tidak berbicara, termasuk bershalawat dan berdoa. Di saat itu, bisa fokus menjawab adzan dan menyimak khutbah. Sementara menegur orang lain, menurutnya, boleh dilakukan engan bahasa isyarat agar tidak kehilangan pahala shalat Jumat.


Setelah berjamaah shalat Jumat, dianjurkan untuk membaca wirid khusus sebelum berbicara apapun. Imam Ghazali, sebagaimana dalam kitab Bidayatul Hidayah, menjelaskan susunan wiridnya sebagai berikut.

  1. Surat al-Fatihah sebanyak tujuh kali
  2. Surat al-Ikhlas sebanyak tujuh kali
  3. Surat al-Falaq sebanyak tujuh kali
  4. Surat an-Nas sebanyak sebanyak tujuh kali


Menurut Imam al-Ghazali, bacaan-bacaan itu menjadi benteng dan memelihara seseorang dari gangguan setan, mulai dari satu Jumat ke Jumat berikutnya. 


Setelah itu, dianjurkan untuk membaca doa di bawah ini.


اَللَّهُمَّ يَا غَنِيُّ يَا حَمِيْدُ يَا مُبْدِئُ يَا مُعِيْدُ يَا رَحِيْمُ يَا وَدُوْدُ أَغْنِنِيْ بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ


Allâhumma yâ ghaniyyu yâ hamîd, yâ mubdi’u wa yu‘îd, yâ rahîmu yâ wadûd. Aghninî bi halâlika ‘an harâmik, wa thâ‘atika ‘an ma‘shiyatik, wa bi fadhlika ‘an man siwâka.


Artinya: “Ya Allah, Yang Maha Kaya, Maha Terpuji, Maha Pencipta, Maha Kuasa Mengembalikan, Maha Penyayang, dan Maha Kasih. Cukupi aku dengan harta halal-Mu, bukan dengan yang haram. Isilah hari-hariku dengan taat kepada-Mu, bukan mendurhakai-Mu. Cukupi diriku dengan karunia-Mu, bukan selain-Mu.


Kemudian, barulah shalat dua rakaat atau enam rakaat (satu salam setiap dua rakaat) karena terdapat hadits Rasulullah yang meriwayatkan tentang hal itu dalam berbagai kesempatan.


Dianjurkan juga agar tetap berada di masjid hingga Ashar atau bahkan Maghrib. Hal ini mengingat adanya waktu rahasia di hari Jumat yang sangat mustajab.


"Barangkali dengan tetap berada di masjid, kita mendapati momen spesial itu pas ketika kita sedang khusyuk-khusyuknya, merendahkan diri kepada Allah. Tentu saja selama di masjid tak disarankan kita bergabung di forum ngobrol atau majelis yang mubazir, kecuali forum keilmuan yang kian mendekatkan diri kita kepada Allah dan semakin menjauhkan ikatan hati kita kepada dunia," pungkas Ustadz Mahbib.