Nasional

Waspadai Pengalihan Isu Trending Topic di Media Sosial

NU Online  ·  Rabu, 6 Desember 2017 | 12:00 WIB

Pringsewu, NU Online
Sekretaris Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) PCNU Pringsewu Mustanir, menyatakan keprihatinannya atas multikonflik dan ujaran kebencian yang terjadi terkait pemahaman keagamaan di media sosial saat.

"Bagi yang sudah punya dasar kuat keagamaan mungkin masih bisa memilah dan memilih informasi yang diterima. Tapi bagi yang belum ada dasar agama kuat didukung rasa beragamanya sedang onfire (bersemangat) ini sangat rawan," katanya Rabu (6/12).

Menurutnya saat ini masyarakat mudah sekali terkontaminasi informasi yang beredar di berbagai media. Apalagi masyarakat sering dibingungkan dengan ulah sekelompok orang yang memanfaatkan trending topic di media sosial untuk menarik simpati. Dengan kemampuan olah kata yang menarik dibumbui retorika manis mereka menyebarkan pola fikir tekstualis via media sosial. 

"Kelompok ini menggoreng, memelintir dan membiaskan trending topic atau masalah utamanya, dan mengembangkannya untuk kepentingan kelompok yang pada ujungnya terjadi multikonflik," Mustanir menambahkan.

Ia mencontohkan kasus daiyah di stasiun televisi yang salah dalam menuliskan ayat Al Quran, warganet diarahkan untuk tidak melihat kesalahan fatal tersebut, namun mengkritisi stasiun televisi karena stasiun televisi tersebut memang tidak pro dengan pola fikir kelompok ini.

"Kalau salahnya sekali dalam menuliskan ayat Al Quran, mungkin manusiawi. Ini namanya mistake (kesalahan penulisan/typo). Tapi kalau salahnya berkali-kali, diulang-ulang ini namanya error (tidak tahu/tidak kompeten)," tegasnya.

Hal tersebut perlu diwaspadai masyarakat khususnya warganet agar tidak ikut terseret dengan pembahasan permasalahan yang tidak fokus dan cenderung merugikan semua pihak.

"Apalagi yang baru kenal dengan sosial media facebook, instagram, Whatsapp dan sejenisnya. Perlu kewaspadaan tingkat tinggi dan sering-seringlah tabayun dan bertanya kepada para ahlinya," anjurnya.

Ia menegaskan sudah saatnya para alim dan ulama yang memiliki kemampuan agama dengan sanad ilmu yang jelas untuk turun gunung memberikan pencerahan.

Media arus utama seperti televisi harus selektif dalam memilih narasumber dan memberikan ruang bagi para sosok ulama untuk menyampaikan pencerahan.

"Jangan sampai terulang kembali seseorang yang tidak berkompeten di bidangnya menjadi narasumber dalam acara televisi," tandasnya. (Muhammad Faizin/Kendi Setiawan).