Nasional

Warga Pengadegan Merasa Kehilangan Indar Parawansa

NU Online  ·  Kamis, 16 Januari 2014 | 17:00 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua RT Pengadegan Timur Syaifullah mengaku terkejut dengan kabar meninggalnya Indar Parawansa, suami Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah, ketika ia mendengar kabar tersebut, Rabu malam.
<>
“Kami sangat kehilangan karena beliau sangat memberi dukungan terhadap warga dalam berbagai kegiatan,” katanya kepada NU Online, seusai tahlilan di kediaman almarhum, yang berlokasi tepat di belakang kantor PP Muslimat NU, Kamis malam.

Syaifullah menuturkan, meskipun sibuk, Indar Parawansa selalu menyempatkan diri berkumpul dengan warga jika ada kegiatan. “Kami tahu beliau kelihatan lelah, tetapi masih berusaha menyempatkan diri untuk bersosialisasi,” paparnya.

Dikenal sebagai figur yang pendiam, Indar Parawansa selalu memberi dukungan yang diperlukan jika warga memerlukan sesuatu.

Sejarah Nama Indar

Sementara itu, ustadz Fadholi, tuan rumah dalam acara tahlilan menuturkan almarhum ke Palu dalam rangka kunjungan dinas. Selama ini, penyakit diabetes dan jantung yang dideritanya sudah cukup berat. “Ketika ditemukan meninggal, masih dalam keadaan pakai seragam dinas di kamar hotel,” kata Fadholi.

Ia menuturkan, ada kisah mengenai nama Indar yang unik tersebut. Suatu ketika ia bertanya kepada almarhum Indar Parawansa mengenai nama tersebut dan kisah tersebut berawal ketika Indar dilahirkan. 

Saat terlahir, ada usus yang membelit tubuh si kecil, tetapi berkat kecekatan bidan yang menangani, ia bisa diselamatkan. Sebagai rasa syukur, maka orang tuanya memberi nama Hindar Parawansa. Tetapi ketika sudah masuk sekolah, namanya lama-lama menjadi Indar Parawansa.

Orang tuanya kemudian memprotes perubahan nama tersebut, tetapi oleh beberapa orang dinasehati, tidak apa-apa huruf “H”-nya hilang, tapi nanti kan bisa balik lagi, maksudnya setelah berhaji, nantinya dapat tambahan titel “H”. Usulan tersebut disetujui dan akhirnya, apa yang dicita-citakan tersebut tersampaikan. Sehingga namanya menjadi H. Indar Parawansa.

Pernikahannya dengan Khofifah memberinya empat orang anak, yang pertama Patimasang sudah lulus dari Monash University Australia, Jalaluddin Mannagalli (mahasiswa S1 di Beijing, China,Yusuf Mannagalli, masih SMP di pesantren TEbuireng, dan Ali Mannagalli , masih siswa SD.  

“Kebetulan, yang sedang belajar di Beijing lagi liburan sekolah sampai Februari, jadi pas di rumah,” kata Fadholi.
 Sebagaimana tradisi warga NU, tahlilan akan diselenggarakan selama tujuh hari berturut-turut seusai sholat Isya. (mukafi niam)