Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zakky Mubarak menjelaskan, Nahdliyin (warga NU) tidak boleh mengeluarkan umpatan-umpatan saat menjadi khatib dalam khutbah Salat Jumat. Baginya, seorang khatib harus menyampaikan khutbahnya dengan bahasa dan cara yang baik.
“Pantangan orang NU mengucapkan umpatan-umpatan saat khutbah,” kata Kiai Zakky saat memberikan ceramah dalam acara Pelatihan Dai-Daiyah Kader NU 2017 pada hari ketiga yang diselenggarakan atas kerjasama LD PBNU dengan Hidmat Muslimat NU di Lantai 8 Gedung PBNU, Rabu (31/5).
Kiai Zakky menceritakan, dahulu pada zaman Dinasti Abbasiyah ada seorang khatib yang memaki-maki, mengeluarkan ucapan-ucapan dan mengkritik dengan kata kasar pada saat khutbah. Khatib tersebut sengaja melakukan itu karena kebetulan Khalifah Al Makmun hadir untuk Salat Jumat sehinggga ia berharap apa yang disampaikannya itu didengarkan oleh sang khalifah.
Mendengar khatib berkata kasar itu, lanjut Kiai Zakky, Al Makmun mengundang para ulama untuk makan malam, termasuk sang khatib. Lalu, sang khalifah bertanya kepada khatib perihal khutbahnya tempo hari dan beberapa pertanyaan lainnya.
“Khalifah bertanya, lebih mana dirimu dengan Nabi Musa?” kata Kiai Zakky. “Khatib menjawab, jelas lebih baik Nabi Musa. Nabi Musa adalah satu diantara lima Nabi Ulul Azmi.”
Lalu kemudian, terusnya, sang khalifah bertanya lagi kepada khatib terkait dengan perihal keburukan Fir’aun dengan dirinya. “Khatib menjawab, ya jelas lebih buruk Fir’aun,” kata Kiai Zakky menirukan.
Lalu kemudian, sang khalifah mengutip sebuah surat di dalam Al-Qur'an yang isinya tentang perintah Nabi Musa untuk mendatangi dan menasihati Fir’aun dengan menggunakan perkataan yang baik, santun, dan tidak kasar.
“Sang khalifah menyindir khatib tersebut dengan cerita Nabi Musa dan Fir’aun. Dan mendengar itu, khatib menyesal dan meminta maaf,” tutur Kiai Zakky.
Kiai Zakky menguraikan, jika seandainya umat Islam melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi Musa, yaitu berdakwah dengan perkataan yang baik, lembut, mudah dipahami dan mendalam, maka akan banyak orang yang akan memeluk agama Islam.
“Kalau ini diterapkan umat Islam, ini akan menyebabkan orang berbondong-bondong masuk Islam,” tutupnya. (Muchlishon Rochmat/Fathoni)