Nasional

Universalisme dalam Persepsi Barat Cenderung Berarti Hegemoni

NU Online  ·  Jumat, 21 Oktober 2016 | 17:07 WIB

Jakarta, NU Online
Guru Teologi dan Filsafat Universitas Zaitunah Tunisia Muhammed Al-Mestiri menjelaskan bahwa universalisme (al-kauniyah) dalam persepsi Islam dan Barat sangat berbeda. Dalam persepsi Islam, menurutnya, universalisme lahir dari karakter wasathiyah. 

“Sedangkan universalisme menurut Barat lebih cenderung dimaknai sebagai hegemoni,” jelas al-Mestiri saat menjadi pembicara utama dalam Kuliah Umum (Studium Generale), Rabu (20/10) yang digelar Pascasarjana STAINU Jakarta di Gedung PBNU Jakarta.

Dalam kuliah umum bertema Washatiyyatul Islam; Stratijiyyah Limuwajahatit Thatharruf al-Fikriy wa al-Dini (Moderatisme Islam; Strategi Melawan Ekstremitas Pemikiran dan Keberagamaan) ini, Al-Mestiri menggarisbawahi bahwa peneguhan Islam moderat saat ini bisa dilakukan dengan jalan tetap menjaga geneologi sejarah. 

Hal ini dilakukan agar Islam tidak tercerabut dari akar tradisinya sehingga moderatisme bisa terus dikembangkan. 

“Memahami kitab-kitab klasik (thurats) karya ulama perlu terus dilakukan. Selain itu, kita jug harus memahami paham Barat sehingga dapat menemukan persmasalahan yang ada,” ujar alumni Universitas Sorbonne Prancis ini didampingi Ahmad Ginanjar Sya’ban (Dosen STAINU Jakarta) sebagai penerjemah.

Menurutnya, sikap teguh terhadap tradisi, pengkajian kitab-kitab klasik, peneguhan moderatisme Islam, dan garda depan nasionalisme harus terus dilakukan NU untuk menginspirasi dunia. 

Karakter-karakter tersebut dibutuhkan dunia Islam saat ini yang seolah tak ada hentinya dengan tragedi perang dan anasir-anasir kebencian. (Fathoni)