Jakarta, NU Online
Sejumlah pihak menilai, usaha mengorek sejarah kelam Partai Komunis Indonesia (PKI) hanya akan meningkatkan suhu permusuhan dalam negeri. Seyogianya, konsentrasi masyarakat lebih diarahkan untuk menatap masa depan bangsa.<>
Sejarawan LIPI Prof Taufik Abdullah mengingatkan, selain menjadi cabang ilmu pengetahuan dan upaya rekonstruksi peristiwa masa lalu, sejarah bisa juga menjadi wacana yang terikat oleh sudut pandang tertentu. Menurutnya, isu PKI yang berkembang belakangan ini termasuk discourse.
Taufik menambahkan, Indonesia merupakan negara yang kaya akan dendam sejarah. Jika tak terkendali, situasi ini bisa membuat bangsa kian tidak dewasa.
“Kita tidak bisa menatap masa depan kalau kita diliputi rasa dendam,” katanya dalam Tabayun Kebangsaan bersama sejarawan dan pelaku sejarah lainnya di Sekretariat Pusat GP Ansor, Jakarta Pusat, Senin (15/10) malam.
Sebelumnya, ia menjelaskan, periode pemerintahan Soekarno adalah masa-masa pelik yang membelah masyarakat menjadi golongan revolusioner dan antirevolusioner. Kekejaman PKI yang melahirkan permusuhan memang patut dikecam, namun tak perlu diungkit-ungkit kembali.
“Jangan mengatakan, saya yang paling benar, tapi kearifan apa yang ingin kita dapatkan,” tuturnya.
PKI yang Memulai
Seorang pelaku sejarah dan penulis buku Prof Salim Said mengaku dirinya mengalami langsung pergolakan tahun 1965. Sebagai wartawan ia meliput berbagai peristiwa penting, seperti di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Menurut Salim, di Jawa Timur, misalnya, jauh sebelum peristiwa Gerakan September tiga puluh (Gestapu), teror fisik dan nonfisik telah disebarkan PKI, terutama sejak 1948. Dalam situasi membunuh atau dibunuh, masyarakat dengan sangat terpaksa menyerang PKI.
“Yang ingin saya katakan, pertama yang memulai pembunuhan itu PKI. Kedua, siapapun yang menang waktu itu tak bisa terhindarkan dari bunuh-membunuh,” katanya.
Di Jawa Timur, saat itu Barisan Tani Indonsia milik PKI membagi-bagi tanah yang kebanyakan milik pesantren atau milik orang-orang PNI.
“Jadi PKI menciptakan dua musuh sekaligus di Jawa, Jawa Tengah dan Jawa Timur: orang Islam yang mayoritas adalah NU, dan Marhain,” katanya.
Sejarawan Agus Sunyoto, pergolakan tahun 1965 tak boleh dilepaskan dari keganasan PKI tahun 1948. Sehingga, analisa sepihak media tertentu yang menyudutkan NU dan kaum pesantren patut dipertanyakan.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Penulis : Mahbib Khoiron
Terpopuler
1
Isi Akhir dan Awal Tahun Baru Hijriah dengan Baca Doa Ini
2
Istikmal, LF PBNU Umumkan Tahun Baru 1447 Hijriah Jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025
3
Data Awal Muharram 1447 H, Hilal Masih di Bawah Ufuk
4
Trump Meradang Usai Israel-Iran Tak Gubris Seruan Gencatan Senjata
5
Pengumuman Hasil Seleksi Wawancara Beasiswa PBNU ke Maroko 2025, Cek di Sini
6
3 Jenis Puasa Sunnah di Bulan Muharram
Terkini
Lihat Semua