Nasional

Tokoh Agama, Profesi yang Imbauannya Paling Didengar Publik

NU Online  ·  Kamis, 15 November 2018 | 13:15 WIB

Tokoh Agama, Profesi yang Imbauannya Paling Didengar Publik

Ilustrasi Tokoh Agama.Foto: change.org

Jakarta, NU Online
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis sebuah hasil survei bertemakan “Ulama dan Efek Elektoralnya” di kantor Lingkaran Survei Indonesia, Rawamangun, Jakarta, Rabu (14/11).  

Salah satu hasil survei menyebutkan bahwa tokoh agama –ulama, pastor, biksu, dan lainnya- adalah profesi yang paling didengar imbauannya oleh publik (51,7 persen). Kemudian disusul politisi (11,0 persen), pengamat (4,5 persen), pengusaha (3,5 persen). Sementara akademisi kampus (1,8 persen), aktivis lembaga swadaya masyarakat (1,7 persen), dan artis terkenal (1,1 persen).

Lebih dari itu, survei ini juga mengklasifikasi pemilih berdasarkan latar belakang pendidikan, pendapatan, jenis kelamin, usia, dan dimana mereka tinggal. Hasilnya, lulusan SD atau di bawahnya yang mendengarkan imbauan ulama (57,8 persen), lulusan STLP dan sederajat (51,0 persen), dan tamatan SLTA sederajat (43,2 persen). Sementara mereka yang pernah kuliah atau di atasnya (50,6 persen).

Dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa pemilih dengan latar belakang pendidikan dasar lebih mendengar imbauan ulama atau tokoh agama.

Selaras dengan itu, pemilih dengan penghasilan rendah juga lebih mendengarkan imbauan ulama atau tokoh agama dibandingkan yang berpenghasilan tinggi. Kurang dari 1 juta (60,1 persen), antara 1 -3 juta (50,0 persen), dan di atas 3 juta (47,0 persen).

Sementara, perempuan (56,5 persen) juga lebih mendengarkan imbauan ulama atau tokoh agama dibandingkan laki-laki-laki (46,9 persen). Jika ditelisik berdasarkan umur, pemilih dengan usia 30-39 tahun adalah yang lebih mendengarkan ulama. Mereka memiliki presentase lebih tinggi (56,8 persen), dibandingkan yang berusia lainnya: berusia 19 tahun atau di bawahnya (41,7 persen), 20-29 tahun (54,8 persen), 40-49 persen (48,3 persen), dan 50 tahun dan di atasnya (49,6 persen). 

Pemilih di desa (55,1 persen) juga lebih mendengarkan imbauan ulama dari pada yang ada di kota (48,1 persen). Begitu pun dengan pemilih yang memeluk agama Islam (52,8 persen), mereka lebih mendengarkan imbauan tokoh agamanya atau ulamanya dibandingkan pemilih non-Islam (45,2 persen). 

Survei dilaksanakan dalam rentang waktu 10 sampai 19 Oktober 2018 dengan menggunakan metode sampling (multi stage random sampling). Ada 1.200 responden dari 34 provinsi di Indonesia yang terlibat dalam survei ini. Mereka diwawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner. Plus, dilengkapi dengan forum grup diskusi, analisa media, dan wawancara mendalam. Adapun margin of error survei sebesar 2,8 persen. (Muchlishon)